Pages - Menu

Saturday 6 June 2015

KEBUTUHAN PROTEIN PADA IKAN (MK NUTRISI IKAN)

KEBUTUHAN PROTEIN PADA IKAN




OLEH :

Tri Ramadhani
130330027







PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2015


PENDAHULUAN
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.
Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan peptide.protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan structural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan. Dengan demikian latar belakang penulis mengangkat makalah tentang protein dalam  kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis.


 TINJAUAN PUSTAKA
1.      Macam-Macam Protein
Istilah protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos , yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini di perkenalkan oleh ahli kimia Belanda, gerardus mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang  paling penting dalam setiap organisme atau senyawa organik kompleks yang tersusun atas asam amino yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen), dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Protein juga merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein separuhnya ada di dalam otot, seperlima dalam tulang dan tulang rawan, Sepersepuluh dalam kulit dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Disamping itu, asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor, sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul esensial untuk kehidupan. Setiap jenis  protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas.
Protein juga merupakan suatu molekul kompleks yang besar (makromolekul), yang terbentuk dari molekul asam amino (20 macam), di mana asam amino satu sama lain berhubungan dengan ikatan peptida. Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain-lain. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran  plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang  berbeda-beda tergantung pada tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada kompartemen dari organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di luar makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil.
Secara umum, protein dengan komposisi asam amino yang sama dengan tubuh ikan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dalam pembuatan pakan dapat diformulasi dari beberapa sumber protein untuk mensimulasi komposisi asam amino yang sesuai dengan asam amino tubuh ikan. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhannya, tidak dapat dbentuk/disintesis oleh ikan serta harus tersedia dalam pakan. Sedangkan asam amino non esensial dapat disintesis dalam tubuh ikan itu sendiri dengan bantuan unsur-unsur lain dalam tubuh ikan.
Sebagian besar energi yang dapat dicerna (digestible energy) dalam protein  juga dapat dimetabolisme dengan lebih baik oleh tubuh ikan. Selain sebagai sumber energi, protein pada ikan juga berfungsi memperbaiki jaringan rusak, membantu pertumbuhan ikan, sebagai enzim, pembentuk antibody, penyembuh luka dan meregenerasi sel terutama kulit, pengatur metabolisme tubuh, penghancur dan penetral zat-zat asing yang terdapat di dalam tubuh dan sebagai penyeimbang asam basa dengan cairan tubuh, dengan cara menjaga stabititas ph cairan yang ada di dalam tubuh itu sendiri. Fungsi protein yang terdapat pada hemoglobin yang memiliki peran dalam pembentukan sel darah merah, dapat mengangkut oksigen pada eritrosit. Sedangkan protein yang terdapat pada mioglobin akan mengangkut oksigen pada otot. Protein dibutuhkan oleh tubuh ikan secara kontinue karena asam amino dalam protein dibutuhkan secara terus menerus terutama untuk mengganti protein rusak selama masa pemeliharaan dan membentuk protein  baru selama masa pertumbuhan dan masa reproduksi.
Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi  pakan karena usaha budidaya mengharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Dalam hal ini mempunyai fungsi bagi tubuh ikan yaitu:
1.      Sebagai zat pembangun
yaitu membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, menganti jaringan yang rusak maupun untuk reproduksi.



2.      Sebagai zat pengatur
yang berperan untuk pembentukkan enzim dan hormon  penjaga dan pengatur berbagai proses metabolisme di dalam tubuh.

3.      Sebagai zat pembakar
karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Molekul protein tesusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar. Mutu protein sangat ditentukan oleh komposisi asam amino penyusunnya komposisi ini akan berbeda antara satu bahan dengan  bahan lainnya.

a.      Metabolisme Protein
Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-sayuran. Protein dicerna di lambung oleh enzim pepsin, yang aktif pada pH 2-3 (suasana asam). Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam makanan.Salah satu hal terpenting dari penceranaan yang dilakukan pepsin adalah kemampuannya untuk mencerna kolagen. Kolagen merupakan bahan daasar utama jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan. Pepsin memulai proses pencernaan Protein. Proses pencernaan yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Pemecahan protein ini merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida. Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein meninggalkan lambung, biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan polipeptida besar. Setelah memasuki usus, produk-produk yang telah di pecah sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim proteolitik, seperti tripsin, kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil. Peptidase kemudian akan melepaskan asam-asam amino.
Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu penyerapan melalui dinding usus,hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Asam amino yang disintesis dalam sel maupun yang dihasilkan dari proses penguraian protein dalam hati dibawa oleh darah untuk digunakan di dalam jaringan. Dalam hal ini hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.
Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan akan dirombak di dalam hati menjadi senyawa yang mengandung unsur N, seperti NH3 (amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida), serta senyawa yang tidak mengandung unsur N. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea.Pembentukan urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang dapat menghasilkan enzim arginase. Urea yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga diangkut bersama zat-zat lainnya menuju ginjal laul dikeluarkan melalui urin. Sebaliknya, senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali mejadi bahan baku karbohidrat dan lemak, sehingga dapat di oksidasi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi.
Kebutuhan protein sangat bervariasi tergantung pada umur, dan stadia ikan. Ikan pada stadia yang muda membutuhkan tingkat protein yang tinggi untuk mendukung pertumbuhannya daripada ikan yang dewasa. Pakan formula untuk larva, benih umumnya mengandung 5–10% protein lebih tinggi dibandingkan  pada pakan formula untuk ikan-ikan yang lebih besar.

Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a.       Protein globular
Protein globular adalah protein yang rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat atau berbentuk bola. Protein ini biasanya larut dalam air, berdifusi dan mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Contohnya enzim, protein transport pada darah, hormon protein, protein pecahan serum darah, antibody dan protein penyimpan nutrient.

b.      Protein serabut
Protein serabut adalah protein yang tidak larut dalam air dan merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi globular. Protein serabut ini terdiri dari suatu rantai panjang polipeptida. Protein ini memberikan peranan struktural atau pelindung. Contohnya collegen yang ditemukan dalam tulang rawan atau lembut, pembuluh darah, acuaan/matrik tulang, urat daging, sirip, kulit dan elastin.

c.       Protein konjugasi
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.

Berdasarkan sifat fisis, protein digolongkan menjadi 3 yaitu:
a.       Protein sederhana
Protein sederhana adalah protein yang pada saat dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino atau derivat-derivatnya. Jenis protein ini yaitu albumin (zat putih telur), zat serum dari darah, laktoalbumin dari susu, leucogin dari gandum, albuminoids (keratin dari rambut, kuku, bulu, wol, sutra fibroin, elastin dari jaringan), globulins (edestin dari biji rami, serum globulin dari darah, laktoglobulin dari susu, legumin dari kacang polong), histones (globin dari hemoglobin, scombrone dari spermatozoa) dan protamins (salmine dari ikan salem, scombrine).

b.      Protein gabungan
Protein gabungan adalah protein sederhana bergabung dengan radikal non protein. Jenis protein ini yaitu nucleoprotein, glikoprotein, phospoprotein, hemoglobin dan lecithoprotein. Nucleoprotein adalah gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat. Glikoprotein adalah gabungan dari molekul protein dan unsur karbohidrat dari asam nukleat atau lesitin. Phospoprotein adalah gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung phosphor dari asam nukleat atau lecithin. Hemoglobin adalah gabungan molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis. Lecithoprotein adalah gabungan molekul protein dengan lecithin.

c.       Protein asal
      Protein asal adalah protein yang berasal dari protein bermolekul tinggi yang mengalami degradasi karena pengaruh panas, enzim atau zat-zat kimia.
Berdasarkan fungsinya yang berhubungan dengan daya dukungnya bagi pertumbuhan badan dan bagi pemeliharaan jaringan dibagi menjadi tiga yaitu:
a.       Protein sempurna (protein lengkap)
Disebut sebagai protein sempurna bila protein ini sanggup mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan. Protein jenis ini adalah protein kelas tertinggi ditinjau dari fungsi gizinya, sanggup mendukung pertumbuhan badan maupun pemeliharaan jaringan yang aus atau rusak terpakai. Jenis protein inilah yang diperlukan oleh anak-anak yang sedang tumbuh (balita) pesat. Anak yang tidak memperlihatkan laju pertumbuhan yang baik, tidak dapat dikatakan anak sehat.

b.      Protein setengah sempurna (protein setengah lengkap)
Disebut sebagai protein setengah sempurna bila sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dalap mendukung pertumbuhan badan. Protein ini sanggup memelihara kesehatan orang dewasa yang tidak lagi menunjukkan adanya pertumbuhan badan, tetapi masih memerlukan pemeliharaan jaringan yang rusak atau aus terpakai. Tetapi jenis protein yang tidak sanggup mendukung pertumbuhan ini tidak baik bagi anak-anak yang masih memerlukan pertumbuhan tersebut. Jadi protein ini tidak dapat diberikan kepada anak-anak yang sedang tumbuh sebagai sumber protein satu-satunya di dalam hidangan.
c.       Protein tidak sempurna (protein tidak lengkap)
      Disebut sebagai protein tidak sempurna bila sama sekali tidak sanggup menyokong pertumbuhan badan, maupun pemeliharaan jaringan. Protein ini tidak sanggup mendukung kesehatan siapapun, karena tidak sanggup memelihara jaringan yang uas terpakai dan rusak, apalagi mendukung pertumbuhan badan. Meskipun dikonsumsi dalam jumlah besar, kualitas protein ini akan dibakar untuk menghasilkan energi dan tidak ada yang dipergunakan untuk sintesa protein tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan jaringan.
     
      Berdasarkan strukturnya, protein dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
a.       Struktur primer
      Merupakan struktur rangkaian asam amino yang memanjang pada suatu rantai polipeptida.

b.      Struktur skunder
      Merupakan asam amino dalam rangkaian polipeptida yang membentuk suatu lilitan.

c.       Struktur tersier
      Merupakan bentuk tiga dimensi dari semua atom di dalam molekul protein.

d.      Struktur kwarterner
      Merupakan bentuk protein yang terdiri dari dua atau lebih rantai polipeptida menjadi bagian dari molekul protein tunggal.


2.      Kelebihan dan Kekurangan Protein
a.       Kelebihan Protein
      Kelebihan protein dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan ikan akan berkurang.

b.      Kekurangan Protein
Kekurangan protein dalam pakan akan mengakibatkan pertumbuhan yang negatif karena protein yang disimpan di dalam jaringan otot akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan ikan menjadi terhambat ataupun dalam proses biokimiawinya.
      Penyakit yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu keriput pada kulit, insang terlihat tidak cerah, tubuh membengkak, sirip rusak, pertumbuhan lambat, gerakan lemas dan berenang secara tidak teratur.
      Gejala yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu kurang nafsu makan, efesiensi pakan buruk, perut gembung, perubahan warna kulit, rentan penyakit, kelainan bentuk tulang, sirip rontok, mata menonjol, frekuensi pernafasan cepat (megap-megap), tumbuh lambat, pendarahan kulit dan iritasi.
      Jika pada pakan tidak terdapat protein, maka tidak akan ada sumber energi untuk pembaruan atau mengganti jaringan yang rusak dan memperlambatnya pertumbuhan pada ikan.

3.      Kebutuhan Protein
      Sekitar 50% dari kebutuhan kalori yang diperlukan oleh ikan berasal dari protein. Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel dan jaringan tubuh, terutama bagi ikan-ikan muda. Kebutuhan protein sendiri bervariasi tergantung pada jenis ikannya. Meskipun demikian, protein adalah unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan pada seluruh jenis ikan. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60%, dan optimum 30 – 36% (Masyamsir, 2001). Pada umumnya kebutuhan ikan terhadap protein dapat digolongkan secara garis besar sebagai berikut yaitu ikan-ikan herbivor 15-30% dari total pakan dan 45% bagi ikan karnivor. Sedangkan untuk ikan-ikan omnivor diperlukan dengan kandungaan protein 50%.

Tabel 1. Kebutuhan Protein Untuk Mencapai Kebutuhan Optimum pada Tilapia berdasarkan tingkat  pertumbuhannya
Tingkat Pertumbuhan
% protein
Larva-0.5 gram
0.5-10 gram
10-30 gram
50
40
30-35

Pakan buatan adalah makanan bagi ikan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan nutrien ikan. Formulasi suatu pakan ikan harus memenuhi kebutuhana nutrisi ikan yang dibudidayakan dalam hal kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat (Watanabe, 1998). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu formulasi pakan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ikan sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik. Protein merupakan kumpulan asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida (NRC, 1993). Ikan dapat menggunakan protein secara efesien sebagai sumber energi. Selain itu, protein yang berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh, seperti mengganti jaringan yang rusak dan membentuk 13 jaringan yang baru. Ikan yang kekurangan sumber protein, mengalami pertumbuhan yang terhambat. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya penurunan bobot ikan karena protein yang terkandung dalam jaringan tubuh ikan dipecah kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan tubuh yang lebih penting (NRC, 1993).
Kandungan protein yang optimal pada pakan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keseimbangan antara protein dan energi, komposisi asam amino, dan kecernaan protein. Kebutuhan protein optimum bagi ikan sekitar 25-36%. Penggunaan protein nabati dalam pakan dibatasi karena lebih sulit dicerna dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati terbungkus oleh dinding selulose yang sukar dicerna dan kandungan metioninnya rendah. Kandungan metionin dalam pakan buatan dapat disuplai oleh tepung ikan. Pemberian nutrisi penghasil energi seperti lemak dan karbohidrat dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga dapat menghemat penggunaan protein pakan (protein sparing effect) (Gusrina, 2008).
Dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein pakan yang dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell, 1988). Manfaat adanya karbohidrat dalam pakan adalah bahwa pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan protein sebaai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan (Shiau dan Huang, 1990; Peres dan Teles, 1999).

4.      Penelitian Tentang Protein
a.       Kecernaan Nutrien Pakan Dengan Kadar Protein Dan Lemak Berbeda Pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus corallicola) oleh Muhammad Marzuqi dan Dewi Nasbha Anjusary
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa nilai kecernaan protein pada ikan kerapu pasir tinggi yaitu sekitar 93,69%-96,00%. Menurut Zonneveld et al. (1991) bahwa pakan yang dikonsumsi ikan harus dapat dicerna untuk mendukung pertumbuhannya. Dijelaskan oleh Mudjiman (2004) bahwa daya cernaprotein pada umumnya sangat tinggi hingga dapat mencapai lebih dari 90%. Menurut Marzuqi et al (2006), nilai kecernaan protein yang tinggi itu sangat penting artinya karena protein tersebut merupakan sumber energi utama. Disamping digunakan sebagai sumber energi, protein juga digunakan untuk pembentukan sel-sel baru dalam proses pertumbuhan. Nilai kecernaan lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan E pada kadar protein 42% dan lemak 18% dengan nilai 97,17%. Nilai kecernaan lemak menurun pada perlakuan pakan A (36%), B (42%) dan C (48%) karena adanya penurunan jumlah pemberian lemak pada perlakuan tersebut menjadi 9%. Menurut Wiramiharja et al (2007), lemak berperan penting sebagai sumber energi terutama sebagai asam lemak essensial dalam pakan ikan budidaya terutama untuk ikan karnivora di mana keberadaan karbohidrat sebagai sumber energi rendah sedangkan ikan membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi. Karena keberadaan karbohidrat sebagai energi rendah, maka beberapa bagian protein digunakan sebagai sumber energi.
Lemak memiliki kandungan energi yang paling besar bila dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Umumnya, ikan dapat mencerna dan memanfaatkan lemak lebih efisien dibanding hewan darat. Ikan karnivora (pemakan daging) lebih efisien dalam memanfaatkan lemak sebagai sumber energi daripada ikan omnivora (pemakan segalanya) atau herbivora (pemakan tumbuhan) (Buwono, 2000). Dijelaskan pula oleh Laining et al. (2003) bahwa ikan kerapu bebek memerlukan lemak dalam pakannya antara 9%-11%. Menurut Jauhari (1990) menyatakan bahwa lemak dan karbohidrat merupakan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan metabolik dengan tujuan untuk menghemat energi. Selanjutnya pada tingkat kecernaan lemak yang tinggi menghasilkan kecernaan protein yang tinggi pula, begitupun sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena asam lemak yang ada pada lemak yang digunakan dapat memberikan kontribusi pada metabolisme ikan, sehingga mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein. Menurut penelitian Palinggi et al (2002), ikan kuwe yang dipelihara dengan pakan yang mengandung sumber lemak, asam lemak yang dibutuhkan ikan kuwe dapat memberikan kontribusi pada fungsi metabolismenya, akibatnya mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein. Salah satu fungsi protein yaitu sebagai sumber energi sepenuhnya telah terpenuhi melalui lemak yang ada. Secara umum, nilai kecernaan lemak tinggi yaitu sekitar 93,46%- 96,78%. Nilai kecernaan lemak yang tinggi membuktikan bahwa konsumsi ikan terhadap lemak juga tinggi. Nilai koefisien kecernaan lemak tergantung pada sumber lemak, dan nilainya akan menurun bila titik cair lemak meningkat (Usman et al., 2003).

b.      Pengaruh Kadar Protein Dan Rasio Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) oleh Muhammad Marzuqi, Ni Wayan Widya Astuti dan Ketut Suwirya
Hasil pengamatan pertambahan berat (g) ikan setiap minggu terlihat bahwa perbedaan pertumbuhan ikan kerapu macan mulai terjadi pada minggu kedua. Ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein 48% memiliki pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan kadar protein 36% dan 42% pada ketiga rasio pemberian pakan yang diamati. Pada rasio pemberian pakan 1,5%, pertumbuhan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% terlihat jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar protein 36% dan 42%. Pada rasio pemberian pakan 2,0%, pertumbuhan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% hampir sama dengan perlakuan 42% dan sangat berbeda dengan perlakuan 36%. Sedangkan pada rasio pemberian pakan 2,5%, pertumbuhan ikan pada ketiga perlakuan kadar protein cenderung sama. Ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% dengan rasio pemberian 1,5% mengalami pertambahan berat tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Hasil pengamatan terhadap pertambahan berat, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang diberi pakan dengan kombinasi kadar protein dan rasio pemberian pakan yang berbeda selama 16 minggu dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pakan dengan kadar protein 36% pada berbagai rasio pemberian pakan cenderung menunjukkan nilai berat akhir ikan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kadar protein pakan 42% dan 48%. Kecenderungan yang terjadi adalah semakin tinggi kadar protein yang diberikan, semakin tinggi nilai berat akhir ikan dengan kondisi berat awal yang sama. Begitu juga yang terjadi dengan persentase pertambahan berat, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan. Nilai kelangsungan hidup ikan kerapu macan berkisar antara 93,33% -100%. Nilai kelangsungan hidup pada ikan ini sangat didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik, pergantian air dalam bak pemeliharaan, faktor lingkungan, pakan, padat penebaran, umur dan ukuran ikan saat tebar. Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Dalam penelitiannya Giri (2007) mengatakan bahwa beberapa studi penentuan kebutuhan protein ikan ekonomis penting untuk budidaya telah dilakukan dan menunjukkan bahwa protein dalam pakannya bervariasi antara 30%-55%. Pada rasio pakan 1,5%, 2,0% dan 2,5% pertambahan berat tertinggi diperoleh dari pemberian pakan dengan kadar protein sebesar 48% yaitu sebesar berturut-turut 104,05 ± 5,89 %, 90,98 ± 18,99 %, dan 86,84 ± 27,44 % . Artinya dengan pemberian pakan yang memiliki kadar protein lebih tinggi, semakin banyak protein pada pakan yang dipergunakan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Akibatnya pertambahan berat tubuh ikan semakin tinggi. Pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 36%, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 2,5% (78,75 ± 44,63%), dan terendah pada perlakuan 2,0% (59,07 ± 7,70%). Pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 42%, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 2,5 % (71,43 ± 26,33%), dan terendah pada perlakuan 1,5% (54,12 ± 27,20%). Sedangkan pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 48 %, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 1,5% (104,05 ± 5,89 %), dan terendah pada perlakuan 2,0 % (86,84 ± 27,44%).

c.       Optimasi Pakan Dengan Level Protein Dan Energi Protein Untuk Pertumbuhan Calon Induk Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) oleh Taufik Budhi Pramono, Dyahruri Sanjayasari dan P. Hary Tjahja Soedibya
Hasil percobaan pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan senggaringan. Perubahan biomassa ikan terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi peningkatan biomassa ikan. Biomassa rata-rata ikan meningkat diakhir  pemeliharaan, yakni : A = 44.25g, B = 46.36g, C= 47.7g. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran panjang, bobot dan volume selama periode tertentu. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal ini dapat dimengerti mengingat hampir 65-75% daging bobot kering ikan terdiri dari protein (Watanabe 1988). Protein merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (Halver 1988). Jadi dengan adanya pemanfatan protein pakan akan diharapkan protein tubuh  bertambah atau terjadi pertumbuhan. Pertumbuhan biomassa tubuh dibatasi oleh tinggi rendahnya kadar protein dan rasio energi protein (atau energi total) pakan. Setelah 35 hari percobaan terlihat ada perubahan biomassa pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena kandungan energi dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan melebihi kebutuhan energi maintenance seperti untuk respirasi, transportasi metabolit dan pengaturan suhu tubuh serta aktivitas fisik lainnya dan aktivitas tubuh lainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lovell (1988).  Artinya bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.
Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan jumlah protein pakan oleh ikan diantara perlakuan tidak sama. Karena adanya perbedaan kandungan protein dalam pakan dan kandungan energi non potein pakan pada setiap perlakuan. Dari data  pertumbuhan biomassa ikan menunjukkan bahwa pakan B  memperoleh pertumbuhan paling tinggi dibandingkan pakan A dan C. Pakan B terdiri dari protein 30 %, sedangkan pakan A 25% dan C 35 %. Sementara kandungan lemak relatif sama dan kadar karbohidrat pakan  B lebih tinggi dari pakan C, berarti rasio energi protein pakan B lebih besar dari pakan C. Secara umum dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa ikan senggaringan juga membutuhkan energi non protein, baik dari lemak dan karbohidrat pakan. Ternyata ikan senggaringan mampu memanfaatkan energi  karbohidrat dari pakan B dengan baik, walaupun kadar protein pakan B lebih rendah dari C. Namun pakan B dapat menyimpan protein pakan  menjadi protein tubuh sama dengan seperti pakan C. hal ini berarti energi untuk seluruh aktivitas ikan diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Keseimbangan energi dan protein di dalam pakan sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan ikan. Perlakuan A memiliki kandungan protein 25% dengan imbangan energi dalam pakan (430,97 kkal GE/g) diduga belum mampu memenuhi kebutuhan protein bagi ikan senggaringan. Rendahnya retensi protein yang terjadi pada kadar protein 25% diduga protein yang diberikan masih rendah untuk kebutuhan protein tubuh ikan senggaringan, walaupun diimbangi oleh total energinya yang tinggi.  Menurut (NRC, 1993), keberadaan tingkat energi yang optimum dalam pakan sangat penting sebab kelebihan atau kekurangan energi mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan. Selain itu,  Cho & Watanabe (1988) juga menyatakan bahwa hewan muda umumnya memerlukan energi yang lebih tinggi per unit bobot tubuh untuk fungsi pemeliharaan dibandingkan hewan dewasa, meskipun proses reproduksi meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa. Kelangsungan hidup ikan selama berlangsungnya penelitian relatif sama antar perlakuan. Untuk kandungan oksigen terlarut pada semua perlakuan berkisar antara 8-9 ppm, suhu berkisar 21-250C dan derajat keasaman berkisar antara 6-7. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah maupun jenis pakan yang diberikan sudah cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan bahkan dapat memberikan pertumbuhan. Keadaan ini didukung pula oleh kualitas air media yang cukup menunjang untuk kehidupan ikan.

Pada ikan karnivor ususnya pendek karena ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani atau makanan yang dimakan berdaging dan dapat dicerna dengan lebih mudah dari pada tanaman. Contohnya  ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer).


 KESIMPULAN
      Protein adalah zat yang  paling penting dalam setiap organism atau senyawa organik kompleks yang tersusun atas asam amino yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen), dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidratSelain sebagai sumber energi, protein pada ikan juga berfungsi memperbaiki jaringan rusak, membantu pertumbuhan ikan, sebagai enzim, pembentuk antibody, penyembuh luka dan meregenerasi sel terutama kulit, pengatur metabolisme tubuh, penghancur dan penetral zat-zat asing yang terdapat di dalam tubuh dan sebagai penyeimbang. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi tiga golongan yaitu protein globular, protein serabut dan protein konjugasi. Berdasarkan sifat fisis, protein digolongkan menjadi 3 yaitu protein sederhana, protein gabungan dan protein asal. Berdasarkan fungsinya yang berhubungan dengan daya dukungnya bagi pertumbuhan badan dan bagi pemeliharaan jaringan dibagi menjadi tiga yaitu protein sempurna, protein setengah sempurna dan protein tidak sempurna. Berdasarkan strukturnya, protein dikelompokkan menjadi 4 yaitu struktur primer, skunder, tersier dan kwarterner.
      Kelebihan protein dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energy yang digunakan untuk pertumbuhan ikan akan berkurang. Sedangkan kekurangan protein dalam pakan akan mengakibatkan pertumbuhan yang negatif karena protein yang disimpan di dalam jaringan otot akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan ikan menjadi terhambat ataupun dalam proses biokimiawinyaJika pada pakan tidak terdapat protein, maka tidak akan ada sumber energi untuk pembaruan atau mengganti jaringan yang rusak dan memperlambatnya pertumbuhan pada ikan.
      Penyakit dan gejala yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu keriput pada kulit, insang terlihat tidak cerah, tubuh membengkak, sirip rusak, pertumbuhan lambat, gerakan lemas dan berenang secara tidak teratur, kurang nafsu makan, efesiensi pakan buruk, perut gembung, perubahan warna kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Buwono, I, D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Cho, C.Y and  Watanabe T.1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition p. 79-92. In.  Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture JICA textbook the, General Aquaculture Course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center.

Giri, N. A., K. Suwirya, A. I. Pithasari, dan M. Marzuqi. 2007. Pengaruh kandungan protein pakan terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus). Februari 2007. J.Perikanan, 9(1):55-62
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Halver JE. 1988. Fish Nutrition. Academis Press, INC. London, 798 pp.
Jauhari, R. Z. 1990. Kebutuhan protein dan asam amino pada ikan Teleostei. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. 60 hlm
Laining, A. Dan Rachmansyah.  2003.  Komposisi Nutrisi Beberapa Bahan Baku Lokal dan Nilai Kecernaan Proteinnya pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).  Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8 (2) : 45-52.

Lovell, T., 1988, Fish Nutrition. Academic Press. London and New York.
Marzuqi, M., N.A.Giri,dan K. Suwirya. 2006. Kebutuhan protein dalam pakan untuk pertumbuhan yuwana ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion). J.Penelitian Perikanan Indonesia, 9(1):25-32
Masyamsir. 2001.Membuat Pakan Ikan Buatan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
National  Research  Council,  Subcommite  on Warmwater Fish Nutrition. 1993. Nutrient  requirements of fish.  Washington DC : National Academy of science, 114 pp.Peres H. and  Teles AO. 1999.  Effect  of  dietary  lipid  level  on growth  performance and feed utilization by European sea bass juveniles (Dicentrarchus  labrax). Aquculture, 179: 325-334.
Palinggi, N.,Rachmansyah, dan Usman. 2002. Pengaruh pemberian sumber lemak berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sexfasciatus. J.Penelitian Perikanan Indonesia ,8(3):25-29
Shiau S and Huang S. 1990. Influence of varying energy levels with two protein concentration in diets for hybrid tilapia  (Oreochromis niloticus and Oreochromis aureus) reared in seawater. Aquaculture, 91 : 143-152.

Usman, N.N. Palinggi, dan N. A. Giri. 2003. Pemanfaatan beberapa jenis karbohidart bagi pertumbuhan dan efisiensi pakan yuwana ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J.Penelitian Perikanan Indonesia, 9(2):21-28.
Wiramiharja, H. Rina, M.H. Irma,and  N. Yukiyasu. 2007. Nutrisi dan bahan pakan ikan budidaya. Fresh water aquaculture development project. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan International Coorpo-ration Agency.78p.
Zonneveld, N.E.A Huisman,dan J.H Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Yakarta. 128hlm.





Sekian dari saya gan semoga bermanfaat....

3 comments:

  1. numpang kopas ya, semoga di izinin.
    oya salam kenal, saya anak BDP angkatan 2015

    ReplyDelete
  2. ok silahkan, semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Many thanks for your kind invitation. I’ll join you.
    Would you like to play cards?
    Come to the party with me, please.
    See you soon...

    เครดิตฟรี

    คาสิโนออนไลน์

    คาสิโนออนไลน์

    เครดิตฟรี

    ReplyDelete