June 2015 | AQUAKULTUR

NUTRISI IKAN ===>KEBUTUHAN KARBOHIDRAT PADA IKAN<===

KEBUTUHAN KARBOHIDRAT PADA IKAN




OLEH :

Tri Ramadhani
130330027 






PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani, sákcharon, berarti "gula") merupakan zat sumber energi dan pada umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang pembentukkannya melalui proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Pada proses fotosintesis tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen dan Oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O.
Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari tterutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari hasil reaksi CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan dijumpai. Pada proses fotosintesis, klorofil pada tumbuh-tumbuhan akan menyerap dan menggunakan energi matahari untuk membentuk karbohidrat dengan bahan utama CO2 dari udara dan air (H2O) yang berasal dari tanah.
Energi kimia yang terbentuk akan disimpan di dalam daun, batang, umbi, buah dan biji-bijian. Jadi, karbohidrat adalah hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun (klorofil) melalui fotosintesis. Karbohidrat merupakan suatu molekul yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hIdrogen, dan oksigen. Rumus umumnya adalah CnH2nOn.
Fungsi karbohidrat dalam pakan berfungsi sebagai sumber energi yang murah  dan juga sebagai perekat. Dalam formulasi pakan karbohidrat termasuk kelompok yang sering disebut NFE (Nitogen Free Extract) atau dalam bahasa Indonesia BETN (Bahan Extract Tanpa Nitrogen). Kemampuan ikan untuk memanfaakan karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Pada ikan karnivora kadar karbohidrat lebih dari 12% dalam pakannya akan menyebabkan penimbunan glikogen dalam hatinya yang dapat menyebabkan kematian. Tetapi ikan pemakan segala (omnivora) dapat hidup baik dengan kadar karbohidratnya lebih dari 50%.
Serat termasuk keluarga karbohidrat yang sukar dicerna. Serat biasanya digolongkan sebagai bahan bukan sumber energi namun penambahan serat dapat memperbaiki proses asimilasi zat-zat makanan, memantapkan bentuk pakan yang berguna membentuk gumpalan ampas makanan menjadi feses (kotoran) yang mudah dikeluarkan dari saluran makanan. Pengunaan serat kasar pada makanan ikan tidak lebih dari 8% karena jika terlalu banyak akan menganggu proses pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan.

1.2  Tujuan Masalah
            Adapun tujuan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui segala aspek tentang kebutuhan nutrisi energi karbohidrat pada tubuh ikan.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-Macam Karbohidrat
Menurut Hala (2013), ada empat jenis klasifikasi karbohidrat, antara lain:
1. Monosakarida
            Satuan karbohidrat yang paling sederhana dengan rumus CnH2nOn dimana n = 3 – 8. Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple sugars) adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja. Monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan atom karbonnya, yaitu triosa, tetrosa, pentosa, dan heksosa atau heptosa.
C3H6O3: triosa, C4H8O4: tetrosa, C5H10O4: pentose,  C6H12O4: heksosa
            Macam-macam monosakarida :
1. Aldosa: monosakarida yang mengandung gugus aldehid.
Contoh: Gliseraldehid
2. Ketosa: monosakarida yang mengandung gugus keton.
Contoh: Dihidroksiaseton
3. Glukosa
4. Galaktosa: Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas  di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga merupakan gula pereduksi.  
5. Fruktosa: Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.

2. Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari 2 satuan monosakarida. Dua monosakarida dihubungkan dengan ikatan glikosidik antara C-anomerik dari satu unit monosakarida dengan gugus –OH dari unit monosakarida yang lainnya. Beberapa disakarida yang sering dijumpai: Maltosa, Laktosa, Sukrosa
Jenis disakarida:
1. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung (amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.
Struktur maltosa
Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.
2. Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α. Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih manis daripada sukrosa.



3. Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi. Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-β.

3. Oligosakarida
senyawa yang terdiri dari gabungan molekul-molekul monosakarida yang banyak gabungan dari 3 – 6 monosakarida dihidrolisis: gabungan dari 3 – 6 monosakarida misalnya maltotriosa.

4. Polisakarida
Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Jenis polisakarida adalah:
1. Selulosa
Selulosa (C6H10O5)n adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat, dari β-glukosa. Selulosa merupakan komponen struktural utama dari tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ikan .
2. Glikogen: pati atau amilum.

2.2 Kelebihan dan Kekekurangan Karbohidrat
 1. Dampak Akibat Kelebihan Karbohidrat
Berat badan meningkat, artinya ikan yang mengandung karbohidrat terlalu banyak akan memacu pertumbuhan serta akan menyebabkan penimbunan glikogen dalam hatinya yang dapat menyebabkan kematian.


2. Dampak Akibat Kekurangan Karbohidrat
Gangguan akibat kekurangan karbohidrat adalah dapat mengakibatkan kerusakan jaringan, penyakit akibat kekurangan glukosa dalam darah (hypoglisemia), dan penyakit yang sering adalah menyerang benih. Karbohidrat adalah merupakan salah satu dari enam zat yang dibutuhkan oleh ikan dan harus selalu ada di dalam pakan, dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Zat gizi lainnya adalah protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi tanpa karbohidrat dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan retensi protein tubuh. Selain itu pakan yang mengandung karbohidrat terlalu sedikit akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan dan menyediakan metabolisme lanjutan (intermedier) untuk sintesis senyawa biologi penting lainnya, sehingga pemanfaatan protein untuk pertumbuhan berkurang.

2.3 Banyaknya Karbohidrat Yang Dibutuhkan Ikan Herbivora, Karnivora, dan Omnivora
Karbohidrat dalam pakan ikan terdapat dalam bentuk serat kasar dan bahan ekstrak tanpa N. Ikan mempunyai kemampuan lebih rendah dalam memanfaatkan  karbohidrat dibandingkan dengan hewan darat, namun karbohidrat harus tersedia dalam pakan ikan, sebab jika karbohidrat tidak cukup tersedia maka nutrien yang lain seperti protein dan lemak akan dimetabolisme untuk dijadikan energi sehingga pertumbuhan ikan akan menjadi lambat (Wilson 1994).
Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan tergantung dari jenis ikannya. Menurut Wilson (1977) hanya ikan herbivora dan omnivora yang dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Sedangkan Watanabe (1988) mengatakan bahwa, kadar kabohidrat optimum untuk ikan omnivora adalah antara 20-40%, sedangkan untuk ikan karnivora antara 10-20%. Berdasarkan penelitian Wilson (1994), kadar karbohidrat untuk ikan didarah tropis antara 25-40%. Watanabe (1988) menyebutkan bahwa tingkat pemanfaatan cerna karbohidrat dan kemampuan untuk memanfaatkan glukosa.
Kemampuan setiap jenis ikan dalam memanfaatkan karbohidrat berbeda-beda, hal ini dikarenakan enzim yang mencerna karbohidrat yaitu amilase pada ikan omnivora dan herbivora aktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora. Oleh karena itu, pada pencernaan karbohidrat pada ikan karnivora lebih rendah dibandingkan dengan ikan herbivora dan omnivora.
Pada ikan salmon merupakan salah satu jenis ikan karnivora mempunyai kecernaan yang rendah terhadap karbohidrat sehingga energi yang diperoleh dari karbohidrat hanya dapat dicerna sebanyak 15%, sedangkan ikan catfish merupakan salah satu jenis ikan omnivora mempunyai kemampuan mencerna karbohidrat lebih tinggi dibandingkan dengan ikan karnivora yaitu 38%.
Selanjutnya NRC (1993) mengemukakan bahwa pertumbuhan fingerling catfish lebih tinggi jika pakannya mengandung karbohidrat, jika dibandingkan dengan hanya mengandung lemak sebagai sumber energi non proteinnya. Hasil percobaan Senappa dan Devaraj (1995) yang menggunakan tiga tingkat karbohidrat (15, 25 dan 35%) pada ikan Indian mayor carps (Catla-catla) menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan yang terbaik adalah pada penggunaan karbohidrat 35%.
Selain itu ikan-ikan air tawar dan air laut  mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mencerna karbohidrat.  Ikan air laut umumnya hanya mampu  mencerna karbohidrat sekitar 20%, sedangkan ikan air tawar mampu mencerna karbohidrat diatas 20% yakni 30–40% u ntuk ikan Mas (Satoh 1991 dalam Wilson 1994).
Ikan karnivora memiliki toleransi glukosa lebih rendah dibandingkan dengan omnivora (Shimeno, 1974). Ikan karnivora, seperti juga belut, secara alami pakannya mengandung protein tinggi sehingga kurang dapat mencerna karbohidrat dengan baik. Namun, kenyataan ikan-ikan tersebut dapat mensintesis karbohidrat dan lemak protein.

2.4 Bagaimana Fungsinya Karbohidrat Sebagai Sparing Effect dan Apakah Dapat Menggantikan Nutrisi Lain
Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien dan menjadi sumber energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan karbohidrat dalam pakan umumnya rendah pada khususnya hewan karnivora, karena pada ikan sumber energi utama adalah protein. Ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan herbivora. Selain itu ikan yang hidup diperairan tropis dan air tawar biasanya lebih mampu memanfaatkan karbohidrat daripada ikan yang hidup diperairan dingin dan air laut. Ikan laut biasanya lebih menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi daripada karbohidrat, tetapi peranan karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan.
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi tanpa karbohidrat dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan retensi protein tubuh. Selain itu pakan yang mengandung karbohidrat terlalu sedikit akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan dan menyediakan metabolisme lanjutan (intermedier) untuk sintesis senyawa biologi penting lainnya, sehingga pemanfaatan protein untuk pertumbuhan berkurang. Oleh karena itu pada komposisi pakan ikan harus ada keseimbangan antara karbohidrat, protein dan lemak, dimana ketiga nutrien tersebut merupakan sumber energi bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang.
Karbohidrat dalam tubuh ikan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, karbohidrat ini berfungsi sebagai cadangan energi. Meskipun demikian, peranan karbohidrat sebagai sumber energi bagi ikan belum bisa dipahami sepenuhnya karena ikan masih dapat hidup dengan baik meskipun tanpa pemberian karbihodrat. Hal ini diperkirakan bahwa ikan tidak mempunyai kebutuhan karbohidrat secara khusus meskipun pemberian pakan ikan yang mengandung karbohidrat memberikan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan ikan secara optimal. Contoh bahan baku pakan ikan berkandungan karbohidrat adalah jagung, beras, dedak, tepung terigu, tapioka, serta sagu. Sebagian contoh bahan pakan ikan di atas dapat berfungsi sebagai alat perekat (hinder) untuk mengikat komponen bahan baku dalam pembuatan pakan ikan.
Karbohidrat terdiri atas bahan ekstrak tanpa nitrogen dan serat kasar. Pemberian serat kasar pada ikan dapat mengakibatkan ganggunan pada proses penyerapan makanan (berlangsung dalam usus halus). Oleh karena itu, pemberian serat kasar harus terukur, tidak boleh berlebihan. Untuk meningkatkan gerak peristaltik usus, serat kasar masih tetap diperlukan oleh ikan meskipun sebetulnya serat kasar sangat sulit dicerna oleh ikan sehingga penggunaannya harus tetap terukur. Sebagai contoh pemberian pakan udang, kandungan serat kasar pada pakan udang sebaiknya jangan lebih dari 30%.
Karbohidrat adalah sumber energi yang murah dan dapat menggantikan protein yang mahal sebagai sumber energi. Selain itu karbohidrat merupakan protein sparing effect yang artinya karbohidrat dapat digunakan sebagai sumber energi pengganti bagi protein dimana dengan menggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber bahan baku maka hal ini dapat mengurangi harga pakan. Pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi dalam tubuh dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas enzim dan hormone. Enzim dan hormon ini penting untuk proses metabolisme karbohidrat dalam tubuh seperti glikolisis, siklus asam trikarboksilat, jalur pentosa fosfat, glukoneogenes dan glikogenesis. Selain itu dalam aplikasi pembuatan pakan karbohidrat seperti kanji, zat tepung, agar-agar, alga, dan getah dapat juga digunakan sebagai pengikat makanan (binder) untuk meningkatkan kestabilan pakan dalam air pada pakan ikan dan udang.
Disamping memiliki fungsi sebagai sumber energi, karbohidrat juga berperan dalam penghematan penggunaan protein yang digunakan sebagai sumber energi utama bagi tubuh ikan. Apabila pakan ikan kekurangan karbohidrat, maka seluruh energi yang dikeluarkan ikan harus dipenuhi melalui penyerapan protein. Dengan demikian, penggunaan protein dalam penggunaan protein untuk menghasilkan energi serta proses metabolik lainnya menjadi kurang efisien. Penggunaan protein yang kurang efisien akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan ikan. Penghematan protein melalui peran karbohidrat ini disebut protein sparing effect dari karbohidrat, di mana karbohidrat dapat menghemat protein. Beberapa referensi menyebutkan bahwa pemberian 0,23 g karbohidrat dalam 100 g pakan dapat menghemat protein sebesar 0,05 gram.

2.5 Penyakit dan Gejala-Gejala Yang Ditimbulkan Dari Kekurangan dan Kelebihan Nutrisi Karbohidrat
1. Obesitas (Kegemukan)
            Penyakit yang disebabkan karena kelebihan karbohidrat yang dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainnya.
Gejal-gejala yang ditimbulkan:
1. Rongga perut melebar
2. Insang menjadi pucat
3. Telur tertahan
4. Kualitasnya ikan menurun

2. Keracunan
            Keracunan ini disebabkan oleh ion NO2 dan NO3 misalnya penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak tersisa terutama pakan yang banyak menggandung protein dan karbohidrat yang tinggi didasar kolam serta banyaknya feses sehingga memburuknya kondisi kualitas air lingkungan kolam tersebut.
Gejala-gejala yang ditimbulkan:
1. Menyumbatnya kapiler-kapiler darah
2. Pecahnya kapiler-kapiler darah yang menghasilkan hemoragik
3. Merusak fungsi hati
4. Ikan berenang terbalik

3. Kekurangan Kalori dan Protein (KKP)
            Penyakit kekurangan kalori dan protein pada dasaraya terjadi karena defisiensi energi dan defisiensi protein, disertai susunan nilai gizi yang tidak seimbang. Kandungan pakan yang kekurangan karbohidrat (kekurangan konsumsi) meningkatkan kebutuhan protein, akibatnya kekurangan kalori sekaligus kekurangan protein pada ikan.
Gejala-gejala yang ditimbulkan:
1. Ikan kelihatan kurus seolah-olah tinggal pembalut tulang saja
2. Pergerakan ikan pasif tanpa ada respon dengan lingkungan sekitarnya
3. Nafsu makan berkurang dan pertumbuhan ikan terhambat

4. Gondok
            Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan karbohidrat dan mineral, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok.
Gejala-gejala yang ditimbulkan:
1. Adanya benjolan disekitar bagian overculum
2. Pergerakannya lambat
3. Nafsu makan berkurang

2.6 Macam-Macam Penelitian Tentang Karbohidrat Pada Ikan
1. Kccernaan Pakan dan Aktivitas Karbohidrase Pada Benih Gurami (Osphronemus gouramy Lacepede) Yang Diberi Pakan Mengandung Beberapa Jenis Karbohidrat oleh Yudi Cahyoko.
Nilai kecernaan pakan (KP), pakan yang mengandung sukrosa (KP = 91,68%) sama dengan pakan yang mengandung glukosa (KP= 91,88 %) (P>0,05) dan lebih tinggi dari pada pakan yang mengandung dekstrin (KP = 89,19%) dan pakan yang mengandung pati (KP = 80,89 %)(P < 0,01). Tabel 1. Nilai Kecernaan Pakan (%):
Pakan
Kecernaan Rata-Rata (%)
Glukosa
91,88
Sukrosa
91,68
Dekstrin
89,19
Pati
80,89
Aktivitas sukrase, dekstrinase dan amilase masing-masing menunjukkan peningkatan dengan semakin bertambahnya umur ikan, berturut- turut menurut persamaan regresi : Ys = 156,00 + 0,73 X ; Yd = 513,80 + 5,3 X dan Ya = 76,80 + 4,39 X ; Ys,d,a = berturut-turut adalah aktivitas enzim sukrase, dekstrinase dan amilase X= umur ikan (40, 50, 60, 70 dan 80 hari).
Tabel 2. Rata-rata Aktivitas Karbohidrase Antara umur 40 sampai 80 hari
Enzim
Aktivitas (glukosa /mg protein/ 3 jam)
Sukrase
200,40
Dekstrinase
834,20
Amilase
336,20

Kecernaan pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan gurami dipengaruhi oleh tingkat pemanfaatannya. Agar semua nutrien dalam pakan dapat dimanfaatkan oleh ikan, maka pakan harus dapat dicerna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecernaan pakan yang mengandung glukosa dan sukrosa lebih tinggi dari perlakuan pati dan dekstrin. Terjadinya nilai kecernaan yang tinggi ini disebabkan glukosa merupakan gula sederhana sehingga penyerapannya oleh saluran pencernaan lebih mudah dibandingkan dengan jenis karbohidrat yang mempunyai struktur molekul yang lebih kompleks seperti pati (Tung dan Shiau, 1991).

2. Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolat Salmonella spp Dari Jajanan Pinggiran Jalan Oleh Haryani, Y., Chainulfiffah, dan Rustiana. Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Riau.
            TSIA dan LIA adalah media diferensial dengan indikator pH yang dapat membedakan mikroorganisme berdasarkan kemampuannya dalam memecah karbohidrat spesifik dengan atau tanpa menghasilkan gas. Berdasarkan hal tersebut bakteri dapat digolongkan sebagai mikroba non fermenter, fermenter glukosa atau fermenter glokosa dan laktosa. Pada TSIA terdapat karbohidrat berupa glukosa, sukrosa, dan laktosa, fenol merah sebagai indicator pH, serta natrium tiosulfat. Sedangkan LIA mengandung glukosa, asam amino lisin, dan brom kresol ungu sebagai pH indikator, serta natrium triosulfat. LIA dapat digunakan untuk identifikasi mikroba penghasil enzim yang mampu mendekarboksilat asam amino lisin dan memproduksi gas HS (Macfaddin, 1980).
            Fermentasi karbohidrat dapat terjadi secara aerob pada permukaan agar dan secara anaerob pada dasar agar. Pada permukaan agar, glukosa dikatabolisme melalui jalur Embden-Meyerhof menghasilkan asam piruvat yang kemudian didegradasi sempurna dalam siklus asam sitrat menjadi CO2 dan energi. Sedangkan pada dasar agar uji, katabolisme glukosa akan menghasilkan H2 dan energi (Macfaddin, 1980).

3. Metabolisme Karbohidrat Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, lac) Yang Mengkonsumsi Pakan Mengandung Kromium (Cr+3) Oleh Mokoginta, Ing: Subandiyono. URI.
Karbohidrat merupakan sumber energi dan dapat berperan sebagai pengganti sebagian energi dari protein. Mikromineral kromium trivalen (Cr+3) merupakan kofaktor dari faktor toleransi glukosa (GTF, Glucose tolerance factor) dan yang telah diketahui berperan penting terhadap metabolisme karbohidrat melalui peningkatan bioaktivitas insulin. Penelitian ini dilakukan guna mengkaji berbagai produk metabolit yang terbentuk dalam kaitannya dengan proses metabolisme karbohidrat pakan oleh ikan gurami (Osphonemus Gouramy, Lac.) yaitu glukosa darah, triasilgliserol darah, dan glikogen hati serta otot, setelah ikan tersebut mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium. Selanjutnya dikaji pula ekskresi total amonia.
Penelitian ini menggunakan empat macam pakan dengan kandungan protein, bahan ekstrak tanpa nitrogen, lemak, dan nisbah energi terhadap protein sama, dan masing-masing dengan suplementasi kromium berberda yaitu 0.0, 1.5, 3.2 dan 4.9 ppm Cr+3. Ikan yang digunakan mempunyai bobot awal rata-rata 25,2 ± 2.7 g/ekor. Ikan ditempatkan dalam akuarium (50 x 40 x 35 cm) sebanyak 10 ekor/akuarium. 12 akuarium diletakan dalam suatu sistem resirkulasi semi tertutup. Ikan diberi pakan 3 kali sehari secara at satiation selama 40 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penurunan kadar glukosa darah kelompok ikan yang diberi pakan dengan kadar 1.5 ppm Cr+3 terjadi pada periode waktu tercepat (yaitu tiga jam) setelah ikan mengkonsumsi pakan. Data menunjukkan bahwa kelompok ikan tersebut menggunakan glukosa pakan secara lebih optimal dibanding ikan pada kelompok pakan lainnya yang ditunjukkan dengan kadar glikogen hati yang lebih tinggi. Dengan demikian, kromium pakan pada kadar 1.5 ppm Cr+3 meningkatkan proses glikogenesis dalam hati. Ikan pada pakan tersebut juga mengekskresi limbah bernitrogen dengan kadar lebih rendah dibandingkan pada ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa suplemen kromium (kontrol). Berbagai fenomena tersebut mengindikasikan bahwa suplemen kromium 1.5 ppm Cr+3 memperbaiki aliran glukosa darah ke dalam sel sehingga glukosa pakan dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai sumber energi.

2.7 Jika Tidak Ada Karbohidrat Dalam Pakan Apa Yang Terjadi Pada Ikan
Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi bagi makhluk hidup. Fungsi karbohidrat dalam tubuh adalah sebagai cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Peranan lain dari karbohidrat adalah sebagai prekursor dalam berbagai metabolisme internal (intermediate metabolism) dimana produk yang dihasilkan dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino nonesensial dan asam nukleat.
Karbohidrat dalam tubuh ikan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, karbohidrat ini berfungsi sebagai cadangan energi. Meskipun demikian, peranan karbohidrat sebagai sumber energi bagi ikan belum bisa dipahami sepenuhnya karena ikan masih dapat hidup dengan baik meskipun tanpa pemberian karbihodrat. Hal ini diperkirakan bahwa ikan tidak mempunyai kebutuhan karbohidrat secara khusus meskipun pemberian pakan ikan yang mengandung karbohidrat memberikan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan ikan secara optimal.
Karbohidrat terdiri atas bahan ekstrak tanpa nitrogen dan serat kasar. Pemberian serat kasar pada ikan dapat mengakibatkan ganggunan pada proses penyerapan makanan (berlangsung dalam usus halus). Oleh karena itu, pemberian serat kasar harus terukur, tidak boleh berlebihan. Untuk meningkatkan gerak peristaltik usus, serat kasar masih tetap diperlukan oleh ikan meskipun sebetulnya serat kasar sangat sulit dicerna oleh ikan sehingga penggunaannya harus tetap terukur.
Disamping memiliki fungsi sebagai sumber energi, karbohidrat juga berperan dalam penghematan penggunaan protein yang digunakan sebagai sumber energi utama bagi tubuh ikan. Apabila pakan ikan kekurangan karbohidrat atau bahkan tidak ada, maka seluruh energi yang dikeluarkan ikan harus dipenuhi melalui penyerapan protein. Dengan demikian, penggunaan protein dalam penggunaan protein untuk menghasilkan energi serta proses metabolik lainnya menjadi kurang efisien. Penggunaan protein yang kurang efisien akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan ikan. Penghematan protein melalui peran karbohidrat ini disebut protein sparing effect dari karbohidrat, di mana karbohidrat dapat menghemat protein. Beberapa referensi menyebutkan bahwa pemberian 0,23 g karbohidrat dalam 100 g pakan dapat menghemat protein sebesar 0,05 gram.
2.8 Kenapa Usus Herbivora Panjang. Jelaskan
Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, intestinum dan anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca. Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk mambantu mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006).
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas, dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Ukuran lambung sangat berpengaruh terhadap daya tampung ikan tersebut menampung makanan yang masuk. Lambung nerupakan tempat dimulainya proses pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim-enzim sesuai dengan pendapat Bond (1987) lambung merupakan tempat untuk menyimpan makanan dan proses permulaan dari pencernaan dengan mencampurkan bahan makanan yang ditelan dengan lelehan gastrik dan organ ini dapat membesar dan mengembang atau mengecil sesuai dengan makanan yang dimakannya.
Ikan herbivora tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut untuk menyaring phytoplankton dari air. Ikan herbivor tidak mempunyai lambung yang sesungguhnya, lambung hanya merupakan bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekskresi asam, mudah mengembang terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya. Ususnya panjang berliku-liku dan berdinding tipis.
Misalnya sistem pencernaan pada ikan bandeng sedikit berbeda dengan ikan yang lain. Lambung ikan bandeng mempunyai ukuran yang lebih besar daripada ikan yang lain. Hal ini karena ikan bandeng merupakan ikan herbivora yang memakan tumbuhan, lambung ikan bandeng berfungsi untuk menyimpan makanan yang sangat besar, untuk mengaduk atau mencampur makanan dengan getah lambung, dan menyalurkan makanan ke dalam usus. Usus ikan bandeng berukuran 3.3-3.4 m.














BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari latar belakang dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi. Tampaknya peranan karbohidrat sebagai sumber energi bagi ikan belum dapat dipahami sepenuhnya. Ikan mempunyai kemampuan untuk menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi, akan tetapi juga dapat hidup tanpa pemberian karbohidrat. Diduga, ikan tidak mempunyai kebutuhan karbohidrat secara khusus, tetapi akan tumbuh lebih baik apabila pakan yang diberikan mengandung karbohidrat. Disamping memiliki fungsi sebagai sumber energi, karbohidrat juga berperan dalam penghematan penggunaan protein yang digunakan sebagai sumber energi utama bagi tubuh ikan. Apabila pakan ikan kekurangan karbohidrat, maka seluruh energi yang dikeluarkan ikan harus dipenuhi melalui penyerapan protein.
Dengan demikian, penggunaan protein dalam penggunaan protein untuk menghasilkan energi serta proses metabolik lainnya menjadi kurang efisien. Penggunaan protein yang kurang efisien akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan ikan. Penghematan protein melalui peran karbohidrat ini disebut protein sparing effect dari karbohidrat, di mana karbohidrat dapat menghemat protein. Beberapa referensi menyebutkan bahwa pemberian 0,23 g karbohidrat dalam 100 g pakan dapat menghemat protein sebesar 0,05 gram.

3.2 Saran
            Adapun saran yang dapat kami sampaikan berdasarkan pembahasan diatas adalah dalam pembuatan pakan ikan, standar pemenuhan nilai energi untuk pertumbuhan ikan haruslah seimbang baik itu dari segi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Agar tidak ada berkesinambungan negative terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan.

DAFTAR PUSTAKA

http: //agromaret.com/artikel/247/penyakit_pada_ikan_lele
http: //sevillabettaowner.blogspot.com/2010/05/mengenali-penyakit-ikan-dan.html
http: // Wikipedia Indonesia.com.html
NRC 1993. Nutrient Requirements of Warm water Fishes and Shelfish. Nutritional Academy of Sciences. Washington DC. 181 hlm.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta. 245 hal




Sekian dari saya gan semoga bermanfaat.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

KEBUTUHAN PROTEIN PADA IKAN (MK NUTRISI IKAN)

KEBUTUHAN PROTEIN PADA IKAN




OLEH :

Tri Ramadhani
130330027







PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2015


PENDAHULUAN
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.
Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan peptide.protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan structural karena seperti halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu sistem metabolisme akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan. Dengan demikian latar belakang penulis mengangkat makalah tentang protein dalam  kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis.


 TINJAUAN PUSTAKA
1.      Macam-Macam Protein
Istilah protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos , yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini di perkenalkan oleh ahli kimia Belanda, gerardus mulder (1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang  paling penting dalam setiap organisme atau senyawa organik kompleks yang tersusun atas asam amino yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen), dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Protein juga merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein separuhnya ada di dalam otot, seperlima dalam tulang dan tulang rawan, Sepersepuluh dalam kulit dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Disamping itu, asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor, sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul esensial untuk kehidupan. Setiap jenis  protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas.
Protein juga merupakan suatu molekul kompleks yang besar (makromolekul), yang terbentuk dari molekul asam amino (20 macam), di mana asam amino satu sama lain berhubungan dengan ikatan peptida. Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain-lain. Di dalam sel, protein terdapat baik pada membran  plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang  berbeda-beda tergantung pada tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar berupa enzim banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada kompartemen dari organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di luar makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil.
Secara umum, protein dengan komposisi asam amino yang sama dengan tubuh ikan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dalam pembuatan pakan dapat diformulasi dari beberapa sumber protein untuk mensimulasi komposisi asam amino yang sesuai dengan asam amino tubuh ikan. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh ikan dalam pertumbuhannya, tidak dapat dbentuk/disintesis oleh ikan serta harus tersedia dalam pakan. Sedangkan asam amino non esensial dapat disintesis dalam tubuh ikan itu sendiri dengan bantuan unsur-unsur lain dalam tubuh ikan.
Sebagian besar energi yang dapat dicerna (digestible energy) dalam protein  juga dapat dimetabolisme dengan lebih baik oleh tubuh ikan. Selain sebagai sumber energi, protein pada ikan juga berfungsi memperbaiki jaringan rusak, membantu pertumbuhan ikan, sebagai enzim, pembentuk antibody, penyembuh luka dan meregenerasi sel terutama kulit, pengatur metabolisme tubuh, penghancur dan penetral zat-zat asing yang terdapat di dalam tubuh dan sebagai penyeimbang asam basa dengan cairan tubuh, dengan cara menjaga stabititas ph cairan yang ada di dalam tubuh itu sendiri. Fungsi protein yang terdapat pada hemoglobin yang memiliki peran dalam pembentukan sel darah merah, dapat mengangkut oksigen pada eritrosit. Sedangkan protein yang terdapat pada mioglobin akan mengangkut oksigen pada otot. Protein dibutuhkan oleh tubuh ikan secara kontinue karena asam amino dalam protein dibutuhkan secara terus menerus terutama untuk mengganti protein rusak selama masa pemeliharaan dan membentuk protein  baru selama masa pertumbuhan dan masa reproduksi.
Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi  pakan karena usaha budidaya mengharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Dalam hal ini mempunyai fungsi bagi tubuh ikan yaitu:
1.      Sebagai zat pembangun
yaitu membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, menganti jaringan yang rusak maupun untuk reproduksi.



2.      Sebagai zat pengatur
yang berperan untuk pembentukkan enzim dan hormon  penjaga dan pengatur berbagai proses metabolisme di dalam tubuh.

3.      Sebagai zat pembakar
karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Molekul protein tesusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar. Mutu protein sangat ditentukan oleh komposisi asam amino penyusunnya komposisi ini akan berbeda antara satu bahan dengan  bahan lainnya.

a.      Metabolisme Protein
Protein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-sayuran. Protein dicerna di lambung oleh enzim pepsin, yang aktif pada pH 2-3 (suasana asam). Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam makanan.Salah satu hal terpenting dari penceranaan yang dilakukan pepsin adalah kemampuannya untuk mencerna kolagen. Kolagen merupakan bahan daasar utama jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan. Pepsin memulai proses pencernaan Protein. Proses pencernaan yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Pemecahan protein ini merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida. Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein meninggalkan lambung, biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan polipeptida besar. Setelah memasuki usus, produk-produk yang telah di pecah sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim proteolitik, seperti tripsin, kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil. Peptidase kemudian akan melepaskan asam-asam amino.
Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu penyerapan melalui dinding usus,hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Asam amino yang disintesis dalam sel maupun yang dihasilkan dari proses penguraian protein dalam hati dibawa oleh darah untuk digunakan di dalam jaringan. Dalam hal ini hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.
Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan akan dirombak di dalam hati menjadi senyawa yang mengandung unsur N, seperti NH3 (amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida), serta senyawa yang tidak mengandung unsur N. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea.Pembentukan urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang dapat menghasilkan enzim arginase. Urea yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga diangkut bersama zat-zat lainnya menuju ginjal laul dikeluarkan melalui urin. Sebaliknya, senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali mejadi bahan baku karbohidrat dan lemak, sehingga dapat di oksidasi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi.
Kebutuhan protein sangat bervariasi tergantung pada umur, dan stadia ikan. Ikan pada stadia yang muda membutuhkan tingkat protein yang tinggi untuk mendukung pertumbuhannya daripada ikan yang dewasa. Pakan formula untuk larva, benih umumnya mengandung 5–10% protein lebih tinggi dibandingkan  pada pakan formula untuk ikan-ikan yang lebih besar.

Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a.       Protein globular
Protein globular adalah protein yang rantai-rantai polipeptidanya berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat atau berbentuk bola. Protein ini biasanya larut dalam air, berdifusi dan mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Contohnya enzim, protein transport pada darah, hormon protein, protein pecahan serum darah, antibody dan protein penyimpan nutrient.

b.      Protein serabut
Protein serabut adalah protein yang tidak larut dalam air dan merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi globular. Protein serabut ini terdiri dari suatu rantai panjang polipeptida. Protein ini memberikan peranan struktural atau pelindung. Contohnya collegen yang ditemukan dalam tulang rawan atau lembut, pembuluh darah, acuaan/matrik tulang, urat daging, sirip, kulit dan elastin.

c.       Protein konjugasi
Merupakan protein sederhana yang terikat dengan baha-bahan non-asam amino. Nukleoprotein terdaoat dalam inti sel dan merupakan bagian penting DNA dan RNA. Nukleoprotein adalah kombinasi protein dengan karbohidrat dalam jumlah besar. Lipoprotein terdapat dalam plasma-plasma yang terikat melalui ikatan ester dengan asam fosfat sepertu kasein dalam susu. Metaloprotein adalah protein yang terikat dengan mineral seperti feritin dan hemosiderin adalah protein dimana mineralnya adalah zat besi, tembaga dan seng.

Berdasarkan sifat fisis, protein digolongkan menjadi 3 yaitu:
a.       Protein sederhana
Protein sederhana adalah protein yang pada saat dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino atau derivat-derivatnya. Jenis protein ini yaitu albumin (zat putih telur), zat serum dari darah, laktoalbumin dari susu, leucogin dari gandum, albuminoids (keratin dari rambut, kuku, bulu, wol, sutra fibroin, elastin dari jaringan), globulins (edestin dari biji rami, serum globulin dari darah, laktoglobulin dari susu, legumin dari kacang polong), histones (globin dari hemoglobin, scombrone dari spermatozoa) dan protamins (salmine dari ikan salem, scombrine).

b.      Protein gabungan
Protein gabungan adalah protein sederhana bergabung dengan radikal non protein. Jenis protein ini yaitu nucleoprotein, glikoprotein, phospoprotein, hemoglobin dan lecithoprotein. Nucleoprotein adalah gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat. Glikoprotein adalah gabungan dari molekul protein dan unsur karbohidrat dari asam nukleat atau lesitin. Phospoprotein adalah gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung phosphor dari asam nukleat atau lecithin. Hemoglobin adalah gabungan molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis. Lecithoprotein adalah gabungan molekul protein dengan lecithin.

c.       Protein asal
      Protein asal adalah protein yang berasal dari protein bermolekul tinggi yang mengalami degradasi karena pengaruh panas, enzim atau zat-zat kimia.
Berdasarkan fungsinya yang berhubungan dengan daya dukungnya bagi pertumbuhan badan dan bagi pemeliharaan jaringan dibagi menjadi tiga yaitu:
a.       Protein sempurna (protein lengkap)
Disebut sebagai protein sempurna bila protein ini sanggup mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan. Protein jenis ini adalah protein kelas tertinggi ditinjau dari fungsi gizinya, sanggup mendukung pertumbuhan badan maupun pemeliharaan jaringan yang aus atau rusak terpakai. Jenis protein inilah yang diperlukan oleh anak-anak yang sedang tumbuh (balita) pesat. Anak yang tidak memperlihatkan laju pertumbuhan yang baik, tidak dapat dikatakan anak sehat.

b.      Protein setengah sempurna (protein setengah lengkap)
Disebut sebagai protein setengah sempurna bila sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dalap mendukung pertumbuhan badan. Protein ini sanggup memelihara kesehatan orang dewasa yang tidak lagi menunjukkan adanya pertumbuhan badan, tetapi masih memerlukan pemeliharaan jaringan yang rusak atau aus terpakai. Tetapi jenis protein yang tidak sanggup mendukung pertumbuhan ini tidak baik bagi anak-anak yang masih memerlukan pertumbuhan tersebut. Jadi protein ini tidak dapat diberikan kepada anak-anak yang sedang tumbuh sebagai sumber protein satu-satunya di dalam hidangan.
c.       Protein tidak sempurna (protein tidak lengkap)
      Disebut sebagai protein tidak sempurna bila sama sekali tidak sanggup menyokong pertumbuhan badan, maupun pemeliharaan jaringan. Protein ini tidak sanggup mendukung kesehatan siapapun, karena tidak sanggup memelihara jaringan yang uas terpakai dan rusak, apalagi mendukung pertumbuhan badan. Meskipun dikonsumsi dalam jumlah besar, kualitas protein ini akan dibakar untuk menghasilkan energi dan tidak ada yang dipergunakan untuk sintesa protein tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan jaringan.
     
      Berdasarkan strukturnya, protein dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
a.       Struktur primer
      Merupakan struktur rangkaian asam amino yang memanjang pada suatu rantai polipeptida.

b.      Struktur skunder
      Merupakan asam amino dalam rangkaian polipeptida yang membentuk suatu lilitan.

c.       Struktur tersier
      Merupakan bentuk tiga dimensi dari semua atom di dalam molekul protein.

d.      Struktur kwarterner
      Merupakan bentuk protein yang terdiri dari dua atau lebih rantai polipeptida menjadi bagian dari molekul protein tunggal.


2.      Kelebihan dan Kekurangan Protein
a.       Kelebihan Protein
      Kelebihan protein dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan ikan akan berkurang.

b.      Kekurangan Protein
Kekurangan protein dalam pakan akan mengakibatkan pertumbuhan yang negatif karena protein yang disimpan di dalam jaringan otot akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan ikan menjadi terhambat ataupun dalam proses biokimiawinya.
      Penyakit yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu keriput pada kulit, insang terlihat tidak cerah, tubuh membengkak, sirip rusak, pertumbuhan lambat, gerakan lemas dan berenang secara tidak teratur.
      Gejala yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu kurang nafsu makan, efesiensi pakan buruk, perut gembung, perubahan warna kulit, rentan penyakit, kelainan bentuk tulang, sirip rontok, mata menonjol, frekuensi pernafasan cepat (megap-megap), tumbuh lambat, pendarahan kulit dan iritasi.
      Jika pada pakan tidak terdapat protein, maka tidak akan ada sumber energi untuk pembaruan atau mengganti jaringan yang rusak dan memperlambatnya pertumbuhan pada ikan.

3.      Kebutuhan Protein
      Sekitar 50% dari kebutuhan kalori yang diperlukan oleh ikan berasal dari protein. Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel dan jaringan tubuh, terutama bagi ikan-ikan muda. Kebutuhan protein sendiri bervariasi tergantung pada jenis ikannya. Meskipun demikian, protein adalah unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan pada seluruh jenis ikan. Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Jenis dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20-60%, dan optimum 30 – 36% (Masyamsir, 2001). Pada umumnya kebutuhan ikan terhadap protein dapat digolongkan secara garis besar sebagai berikut yaitu ikan-ikan herbivor 15-30% dari total pakan dan 45% bagi ikan karnivor. Sedangkan untuk ikan-ikan omnivor diperlukan dengan kandungaan protein 50%.

Tabel 1. Kebutuhan Protein Untuk Mencapai Kebutuhan Optimum pada Tilapia berdasarkan tingkat  pertumbuhannya
Tingkat Pertumbuhan
% protein
Larva-0.5 gram
0.5-10 gram
10-30 gram
50
40
30-35

Pakan buatan adalah makanan bagi ikan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan kebutuhan nutrien ikan. Formulasi suatu pakan ikan harus memenuhi kebutuhana nutrisi ikan yang dibudidayakan dalam hal kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat (Watanabe, 1998). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu formulasi pakan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ikan sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik. Protein merupakan kumpulan asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida (NRC, 1993). Ikan dapat menggunakan protein secara efesien sebagai sumber energi. Selain itu, protein yang berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh, seperti mengganti jaringan yang rusak dan membentuk 13 jaringan yang baru. Ikan yang kekurangan sumber protein, mengalami pertumbuhan yang terhambat. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya penurunan bobot ikan karena protein yang terkandung dalam jaringan tubuh ikan dipecah kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan tubuh yang lebih penting (NRC, 1993).
Kandungan protein yang optimal pada pakan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keseimbangan antara protein dan energi, komposisi asam amino, dan kecernaan protein. Kebutuhan protein optimum bagi ikan sekitar 25-36%. Penggunaan protein nabati dalam pakan dibatasi karena lebih sulit dicerna dibandingkan dengan protein hewani. Protein nabati terbungkus oleh dinding selulose yang sukar dicerna dan kandungan metioninnya rendah. Kandungan metionin dalam pakan buatan dapat disuplai oleh tepung ikan. Pemberian nutrisi penghasil energi seperti lemak dan karbohidrat dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga dapat menghemat penggunaan protein pakan (protein sparing effect) (Gusrina, 2008).
Dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein pakan yang dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell, 1988). Manfaat adanya karbohidrat dalam pakan adalah bahwa pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan protein sebaai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan (Shiau dan Huang, 1990; Peres dan Teles, 1999).

4.      Penelitian Tentang Protein
a.       Kecernaan Nutrien Pakan Dengan Kadar Protein Dan Lemak Berbeda Pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus corallicola) oleh Muhammad Marzuqi dan Dewi Nasbha Anjusary
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa nilai kecernaan protein pada ikan kerapu pasir tinggi yaitu sekitar 93,69%-96,00%. Menurut Zonneveld et al. (1991) bahwa pakan yang dikonsumsi ikan harus dapat dicerna untuk mendukung pertumbuhannya. Dijelaskan oleh Mudjiman (2004) bahwa daya cernaprotein pada umumnya sangat tinggi hingga dapat mencapai lebih dari 90%. Menurut Marzuqi et al (2006), nilai kecernaan protein yang tinggi itu sangat penting artinya karena protein tersebut merupakan sumber energi utama. Disamping digunakan sebagai sumber energi, protein juga digunakan untuk pembentukan sel-sel baru dalam proses pertumbuhan. Nilai kecernaan lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan E pada kadar protein 42% dan lemak 18% dengan nilai 97,17%. Nilai kecernaan lemak menurun pada perlakuan pakan A (36%), B (42%) dan C (48%) karena adanya penurunan jumlah pemberian lemak pada perlakuan tersebut menjadi 9%. Menurut Wiramiharja et al (2007), lemak berperan penting sebagai sumber energi terutama sebagai asam lemak essensial dalam pakan ikan budidaya terutama untuk ikan karnivora di mana keberadaan karbohidrat sebagai sumber energi rendah sedangkan ikan membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi. Karena keberadaan karbohidrat sebagai energi rendah, maka beberapa bagian protein digunakan sebagai sumber energi.
Lemak memiliki kandungan energi yang paling besar bila dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Umumnya, ikan dapat mencerna dan memanfaatkan lemak lebih efisien dibanding hewan darat. Ikan karnivora (pemakan daging) lebih efisien dalam memanfaatkan lemak sebagai sumber energi daripada ikan omnivora (pemakan segalanya) atau herbivora (pemakan tumbuhan) (Buwono, 2000). Dijelaskan pula oleh Laining et al. (2003) bahwa ikan kerapu bebek memerlukan lemak dalam pakannya antara 9%-11%. Menurut Jauhari (1990) menyatakan bahwa lemak dan karbohidrat merupakan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan metabolik dengan tujuan untuk menghemat energi. Selanjutnya pada tingkat kecernaan lemak yang tinggi menghasilkan kecernaan protein yang tinggi pula, begitupun sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena asam lemak yang ada pada lemak yang digunakan dapat memberikan kontribusi pada metabolisme ikan, sehingga mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein. Menurut penelitian Palinggi et al (2002), ikan kuwe yang dipelihara dengan pakan yang mengandung sumber lemak, asam lemak yang dibutuhkan ikan kuwe dapat memberikan kontribusi pada fungsi metabolismenya, akibatnya mempengaruhi tingkat kecernaan dari protein. Salah satu fungsi protein yaitu sebagai sumber energi sepenuhnya telah terpenuhi melalui lemak yang ada. Secara umum, nilai kecernaan lemak tinggi yaitu sekitar 93,46%- 96,78%. Nilai kecernaan lemak yang tinggi membuktikan bahwa konsumsi ikan terhadap lemak juga tinggi. Nilai koefisien kecernaan lemak tergantung pada sumber lemak, dan nilainya akan menurun bila titik cair lemak meningkat (Usman et al., 2003).

b.      Pengaruh Kadar Protein Dan Rasio Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) oleh Muhammad Marzuqi, Ni Wayan Widya Astuti dan Ketut Suwirya
Hasil pengamatan pertambahan berat (g) ikan setiap minggu terlihat bahwa perbedaan pertumbuhan ikan kerapu macan mulai terjadi pada minggu kedua. Ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein 48% memiliki pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan kadar protein 36% dan 42% pada ketiga rasio pemberian pakan yang diamati. Pada rasio pemberian pakan 1,5%, pertumbuhan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% terlihat jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar protein 36% dan 42%. Pada rasio pemberian pakan 2,0%, pertumbuhan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% hampir sama dengan perlakuan 42% dan sangat berbeda dengan perlakuan 36%. Sedangkan pada rasio pemberian pakan 2,5%, pertumbuhan ikan pada ketiga perlakuan kadar protein cenderung sama. Ikan yang diberi pakan dengan kadar protein 48% dengan rasio pemberian 1,5% mengalami pertambahan berat tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Hasil pengamatan terhadap pertambahan berat, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang diberi pakan dengan kombinasi kadar protein dan rasio pemberian pakan yang berbeda selama 16 minggu dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pakan dengan kadar protein 36% pada berbagai rasio pemberian pakan cenderung menunjukkan nilai berat akhir ikan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan kadar protein pakan 42% dan 48%. Kecenderungan yang terjadi adalah semakin tinggi kadar protein yang diberikan, semakin tinggi nilai berat akhir ikan dengan kondisi berat awal yang sama. Begitu juga yang terjadi dengan persentase pertambahan berat, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan. Nilai kelangsungan hidup ikan kerapu macan berkisar antara 93,33% -100%. Nilai kelangsungan hidup pada ikan ini sangat didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik, pergantian air dalam bak pemeliharaan, faktor lingkungan, pakan, padat penebaran, umur dan ukuran ikan saat tebar. Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Dalam penelitiannya Giri (2007) mengatakan bahwa beberapa studi penentuan kebutuhan protein ikan ekonomis penting untuk budidaya telah dilakukan dan menunjukkan bahwa protein dalam pakannya bervariasi antara 30%-55%. Pada rasio pakan 1,5%, 2,0% dan 2,5% pertambahan berat tertinggi diperoleh dari pemberian pakan dengan kadar protein sebesar 48% yaitu sebesar berturut-turut 104,05 ± 5,89 %, 90,98 ± 18,99 %, dan 86,84 ± 27,44 % . Artinya dengan pemberian pakan yang memiliki kadar protein lebih tinggi, semakin banyak protein pada pakan yang dipergunakan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Akibatnya pertambahan berat tubuh ikan semakin tinggi. Pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 36%, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 2,5% (78,75 ± 44,63%), dan terendah pada perlakuan 2,0% (59,07 ± 7,70%). Pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 42%, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 2,5 % (71,43 ± 26,33%), dan terendah pada perlakuan 1,5% (54,12 ± 27,20%). Sedangkan pada perlakuan yang diberi pakan dengan kadar protein 48 %, pertambahan berat tertinggi diperoleh pada rasio pemberian pakan sebesar 1,5% (104,05 ± 5,89 %), dan terendah pada perlakuan 2,0 % (86,84 ± 27,44%).

c.       Optimasi Pakan Dengan Level Protein Dan Energi Protein Untuk Pertumbuhan Calon Induk Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) oleh Taufik Budhi Pramono, Dyahruri Sanjayasari dan P. Hary Tjahja Soedibya
Hasil percobaan pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan senggaringan. Perubahan biomassa ikan terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi peningkatan biomassa ikan. Biomassa rata-rata ikan meningkat diakhir  pemeliharaan, yakni : A = 44.25g, B = 46.36g, C= 47.7g. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran panjang, bobot dan volume selama periode tertentu. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Hal ini dapat dimengerti mengingat hampir 65-75% daging bobot kering ikan terdiri dari protein (Watanabe 1988). Protein merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (Halver 1988). Jadi dengan adanya pemanfatan protein pakan akan diharapkan protein tubuh  bertambah atau terjadi pertumbuhan. Pertumbuhan biomassa tubuh dibatasi oleh tinggi rendahnya kadar protein dan rasio energi protein (atau energi total) pakan. Setelah 35 hari percobaan terlihat ada perubahan biomassa pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena kandungan energi dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan melebihi kebutuhan energi maintenance seperti untuk respirasi, transportasi metabolit dan pengaturan suhu tubuh serta aktivitas fisik lainnya dan aktivitas tubuh lainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lovell (1988).  Artinya bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.
Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan jumlah protein pakan oleh ikan diantara perlakuan tidak sama. Karena adanya perbedaan kandungan protein dalam pakan dan kandungan energi non potein pakan pada setiap perlakuan. Dari data  pertumbuhan biomassa ikan menunjukkan bahwa pakan B  memperoleh pertumbuhan paling tinggi dibandingkan pakan A dan C. Pakan B terdiri dari protein 30 %, sedangkan pakan A 25% dan C 35 %. Sementara kandungan lemak relatif sama dan kadar karbohidrat pakan  B lebih tinggi dari pakan C, berarti rasio energi protein pakan B lebih besar dari pakan C. Secara umum dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa ikan senggaringan juga membutuhkan energi non protein, baik dari lemak dan karbohidrat pakan. Ternyata ikan senggaringan mampu memanfaatkan energi  karbohidrat dari pakan B dengan baik, walaupun kadar protein pakan B lebih rendah dari C. Namun pakan B dapat menyimpan protein pakan  menjadi protein tubuh sama dengan seperti pakan C. hal ini berarti energi untuk seluruh aktivitas ikan diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Keseimbangan energi dan protein di dalam pakan sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan ikan. Perlakuan A memiliki kandungan protein 25% dengan imbangan energi dalam pakan (430,97 kkal GE/g) diduga belum mampu memenuhi kebutuhan protein bagi ikan senggaringan. Rendahnya retensi protein yang terjadi pada kadar protein 25% diduga protein yang diberikan masih rendah untuk kebutuhan protein tubuh ikan senggaringan, walaupun diimbangi oleh total energinya yang tinggi.  Menurut (NRC, 1993), keberadaan tingkat energi yang optimum dalam pakan sangat penting sebab kelebihan atau kekurangan energi mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan. Selain itu,  Cho & Watanabe (1988) juga menyatakan bahwa hewan muda umumnya memerlukan energi yang lebih tinggi per unit bobot tubuh untuk fungsi pemeliharaan dibandingkan hewan dewasa, meskipun proses reproduksi meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa. Kelangsungan hidup ikan selama berlangsungnya penelitian relatif sama antar perlakuan. Untuk kandungan oksigen terlarut pada semua perlakuan berkisar antara 8-9 ppm, suhu berkisar 21-250C dan derajat keasaman berkisar antara 6-7. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah maupun jenis pakan yang diberikan sudah cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan bahkan dapat memberikan pertumbuhan. Keadaan ini didukung pula oleh kualitas air media yang cukup menunjang untuk kehidupan ikan.

Pada ikan karnivor ususnya pendek karena ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani atau makanan yang dimakan berdaging dan dapat dicerna dengan lebih mudah dari pada tanaman. Contohnya  ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer).


 KESIMPULAN
      Protein adalah zat yang  paling penting dalam setiap organism atau senyawa organik kompleks yang tersusun atas asam amino yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen), dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidratSelain sebagai sumber energi, protein pada ikan juga berfungsi memperbaiki jaringan rusak, membantu pertumbuhan ikan, sebagai enzim, pembentuk antibody, penyembuh luka dan meregenerasi sel terutama kulit, pengatur metabolisme tubuh, penghancur dan penetral zat-zat asing yang terdapat di dalam tubuh dan sebagai penyeimbang. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi tiga golongan yaitu protein globular, protein serabut dan protein konjugasi. Berdasarkan sifat fisis, protein digolongkan menjadi 3 yaitu protein sederhana, protein gabungan dan protein asal. Berdasarkan fungsinya yang berhubungan dengan daya dukungnya bagi pertumbuhan badan dan bagi pemeliharaan jaringan dibagi menjadi tiga yaitu protein sempurna, protein setengah sempurna dan protein tidak sempurna. Berdasarkan strukturnya, protein dikelompokkan menjadi 4 yaitu struktur primer, skunder, tersier dan kwarterner.
      Kelebihan protein dalam pakan akan mengakibatkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses deaminasi dan mengeluarkan amoniak sebagai senyawa yang bersifat racun sehingga energy yang digunakan untuk pertumbuhan ikan akan berkurang. Sedangkan kekurangan protein dalam pakan akan mengakibatkan pertumbuhan yang negatif karena protein yang disimpan di dalam jaringan otot akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan ikan menjadi terhambat ataupun dalam proses biokimiawinyaJika pada pakan tidak terdapat protein, maka tidak akan ada sumber energi untuk pembaruan atau mengganti jaringan yang rusak dan memperlambatnya pertumbuhan pada ikan.
      Penyakit dan gejala yang ditimbulkan dari kekurangan protein yaitu keriput pada kulit, insang terlihat tidak cerah, tubuh membengkak, sirip rusak, pertumbuhan lambat, gerakan lemas dan berenang secara tidak teratur, kurang nafsu makan, efesiensi pakan buruk, perut gembung, perubahan warna kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Buwono, I, D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Cho, C.Y and  Watanabe T.1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition p. 79-92. In.  Watanabe T, editor. Fish nutrition and mariculture JICA textbook the, General Aquaculture Course. Tokyo : Kanagawa International Fisheries Training Center.

Giri, N. A., K. Suwirya, A. I. Pithasari, dan M. Marzuqi. 2007. Pengaruh kandungan protein pakan terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan benih ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus). Februari 2007. J.Perikanan, 9(1):55-62
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Halver JE. 1988. Fish Nutrition. Academis Press, INC. London, 798 pp.
Jauhari, R. Z. 1990. Kebutuhan protein dan asam amino pada ikan Teleostei. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. 60 hlm
Laining, A. Dan Rachmansyah.  2003.  Komposisi Nutrisi Beberapa Bahan Baku Lokal dan Nilai Kecernaan Proteinnya pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).  Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8 (2) : 45-52.

Lovell, T., 1988, Fish Nutrition. Academic Press. London and New York.
Marzuqi, M., N.A.Giri,dan K. Suwirya. 2006. Kebutuhan protein dalam pakan untuk pertumbuhan yuwana ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion). J.Penelitian Perikanan Indonesia, 9(1):25-32
Masyamsir. 2001.Membuat Pakan Ikan Buatan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
National  Research  Council,  Subcommite  on Warmwater Fish Nutrition. 1993. Nutrient  requirements of fish.  Washington DC : National Academy of science, 114 pp.Peres H. and  Teles AO. 1999.  Effect  of  dietary  lipid  level  on growth  performance and feed utilization by European sea bass juveniles (Dicentrarchus  labrax). Aquculture, 179: 325-334.
Palinggi, N.,Rachmansyah, dan Usman. 2002. Pengaruh pemberian sumber lemak berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sexfasciatus. J.Penelitian Perikanan Indonesia ,8(3):25-29
Shiau S and Huang S. 1990. Influence of varying energy levels with two protein concentration in diets for hybrid tilapia  (Oreochromis niloticus and Oreochromis aureus) reared in seawater. Aquaculture, 91 : 143-152.

Usman, N.N. Palinggi, dan N. A. Giri. 2003. Pemanfaatan beberapa jenis karbohidart bagi pertumbuhan dan efisiensi pakan yuwana ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J.Penelitian Perikanan Indonesia, 9(2):21-28.
Wiramiharja, H. Rina, M.H. Irma,and  N. Yukiyasu. 2007. Nutrisi dan bahan pakan ikan budidaya. Fresh water aquaculture development project. Balai Budidaya Air Tawar Jambi dan Japan International Coorpo-ration Agency.78p.
Zonneveld, N.E.A Huisman,dan J.H Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Yakarta. 128hlm.





Sekian dari saya gan semoga bermanfaat....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments3