October 2015 | AQUAKULTUR

IKAN DISCUS TERMAHAL

3 Jenis Ikan Discus Termahal


            Apakah anda tahu jenis ikan discus termahal? Sebelum saya menjawab hal tersebut, saya akan mencoba menginformasikan kenapa ikan jenis ikan ini bisa sangat mahal. Ikan discus adalah ikan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat dari tahun 1990an.
            Ikan discus dijuluki sebagai rajanya ikan hias air tawar karena ikan ini sangat menarik untuk dilihat dari bentuk tubuh dan warnanya. Sifat dari induknya yang unik, perkembangbiakannya yang sulit diduga, pasar ekspor dan lokal yang luas, dan harga benih dan induk yang relatif mahal.
            Ikan discus berasal dari hutan amazon yang kaya akan segala jenis spesies hewan dan tumbuhan. Ikan discus adalah salah satu jenis hewan yang memiliki banyak variasi.  Sehingga peminat yang ingin memelihara ikan ini sangatlah banyak.
            Bentuk tubuhnya yang unik tidak seperti kebanyakan ikan pada umumnya. Ikan discus terlihat begitu menawan apalagi dengan warna yang menghiasi tubuhnya. Terlihat begitu sempurna untuk di pelihara dalam aquarium, yang dapat menarik perhatian banyak orang.
            Kita tahu bahwa jenis ikan koi dan ikan arwana dalam pasaran harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, angka yang cukup tinggi dan mahal untuk sebuah ikan. Namun ikan discus tidak kalah mahalnya dengan ikan koi dan arwana, beberapa jenis menurut klasifikasinya dapat mencapai harga puluhan juta rupiah.
Berikut ini adalah beberapa Jenis Ikan discus termahal :
1.  Albino Bulldog Chekerboard

2.  Albino Bulldog Blue Diamond

3.  Bulldog Leopard Snake

            Albino Bulldog Chekerboard dan albino bulldog blue diamond adalah salah satu jenis klasifikasi ikan discus yang harganya dibanderol kisaran 12 juta rupiah untuk ukuran ikan sepanjang 2,5 inchi.
            Sedangkan bulldog Leopard Snake adalah jenis klasifikasi ikan discus yang harganya mencapai kisaran 10 juta rupiah. Ikan-ikan tersebut diatas adalah hasil pengembangbiakan dari negara Malaysia.
            Itulah beberapa jenis ikan discus termahal. Jika ukuran ikan yang masih kecil itu saja sudah mencapai kisaran harga semahal itu. Bagaimana jadinya bila ikan-ikan tersebut sudah mencapai ukuran yang besar ? Pasti harganya sangat luar biasa.
            Harga yang sangat mahal untuk satu seekor ikan discus, jika dilihat dari segi perspektif kolektor sebenarnya adalah hal yang sangat wajar. Sebab untuk mendapatkan jenis spesies baru itu membutuhkan tenaga, pikiran dan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan hasil yang sempurna dan diinginkan.
            Ikan discus membutuhkan waktu 1 tahun untuk bisa siap disilangkan. Sebagai contoh kita sebut saja peranakan pertama ini adalah ikan A. Jika kita ingin menyilangkan ikan A agar menjadi peranakan yang baru, maka kita harus menunggu satu tahun lagi.
            Jika kita ingin membuat peranakan yang baru lagi, berarti kita harus menunggu 1 tahun lagi. Begitu pun seterusnya. Hal ini menunjukan, ikan discus bisa dikembangkan lagi untuk menghasilkan jenis ikan discus yang baru.
            Usaha untuk melestarikan ikan discus mendapat respon positif dari pemerintah setempat. Ikan ini juga dikembangkan di beberapa Negara di dunia seperti Malaysia, singapura, kanada, fhilipina dan Australia melalui program pemerintah di masing-masing Negara.

            Sekian dari saya gan, terimakasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat......


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

REKAYASA AKUAKULTUR "Potensi Perkembangan, Strategi Pengembangan, dan Permasalahan Pada Ikan Kerapu Lumpur"

REKAYASA AKUAKULTUR
POTENSI PERKEMBANGAN, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PERMASALAHAN PADA IKAN KERAPU LUMPUR (Ephinephelus tauvina)

Disusun oleh:
RIZQI RAMADHAN R
130330077






BUDIDAYA PERAIRAN / FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA

2015


DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                   Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................              i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................             1
1.             Latar Belakang......................................................................................             2
2.             Rumusan Masalah.................................................................................             3
3.             Tujuan Penulisan...................................................................................             3
4.             Manfaat Penulisan................................................................................             3
BAB II ISI                                                                                                                  4
1.             Klasifikasi, Morfologi dan Habitat.......................................................             4
2.             Pengelolaan Budidaya..........................................................................             5
3.             Potensi Perkembangan Kerapu Lumpur...............................................             9
4.             Pengembangan dan Pemasaran.............................................................           11
5.             Permasalahan dalam Pengembangan Kerapu Lumpur..........................           15
BAB III PENUTUP.....................................................................................           16
1.             Kesimpulan...........................................................................................           16
2.             Saran .....................................................................................................           17

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Ikan kerapu adalah jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting untuk dibudidayakan di Asia (Kohno et aI., 1993), karena harganya yang mahal dan merupakan komoditas ekspor (Giri dkk., 2001). Budidaya ikan kerapu di Indonesia saat ini meningkat cukup pesat. Peningkatan tersebut ditunjang oleh pengetahuan tentang teknik budidaya yang semakin berkembang, keterbatasan sumber daya ikan kerapu di alam yang makin berkurang akibat eksploitasi berlebih, serta permintaan pasar yang meningkat, terutama dari negara-negara seperti Singapura, Hongkong, Jepang dan Cina (Rukyani, 2001). Jenis-jenis ikan kerapu yang telah berhasil dibudidayakan di Indonesia adalah kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), kerapu Lumpur (Ephinephelus tauvina), kerapu batik (E. microdon) dan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) (Setyadi dkk., 2001; Imanto dkk., 2001; Marzuqi dkk., 2001; Ismi dkk, 2001).
Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terutama di pasaran Hongkong, China, Singapura, Taiwan, Jepang, dan bahkan Indonesia (Danayadol et al., 1997; Danayadol et al., 1999). Salah satu jenis ikan kerapu yang memiliki niai ekonomi tinggi adalah ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina). Mengingat begitu besarnya permintaan pasar akan ikan kerapu, maka telah terbuka peluang ke arah pengembangan budidaya ikan tersebut (Mahardika, dkk., 2004b). Budidaya ikan kerapu di Indonesia telah berkembang dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting. Berkembangnya budidaya ikan kerapu sejalan dengan adanya permintaan pasar dan harga yang semakin meningkat (Sunyoto & Mustahal, 2000). Sejak berkembangnya budidaya ikan kerapu di Indonesia, para pembudidaya telah mengalami berbagai masalah kematian, baik pada sistem pembesaran maupun pada pembenihan (Rukhyani, 2000). Budidaya ikan kerapu secara umum tidaklah mudah, karena berbagai faktor teknis menjadi kendala dalam produksi massal. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan kerapu adalah timbulnya penyakit (Yuasa, dkk., 2000).

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang didapat antara lain:
1.      Bagaimana potensi atau kondisi eksisting pengelolaan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) di Indonesia?
2.      Bagaimana strategi perkembangan dan pemasaran ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) di Indonesia?
3.      Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) di Indonesia?

3.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskan potensi dan kondisi eksisting pengelolaan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).
2.      Untuk menentukan strategi pemasaran ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) yang dilakukan oleh nelayan dan pedagang ikan kerapu di Indonesia.
3.      Untuk menganalisis permasalahan pada pengembangan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) di Indonesia.

4.      Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1.      Memberikan informasi bagaimana potensi ikan kerapu lumpur di Indonesia.
2.      Memberikan informasi pengembangan dan pemasaran ikan kerapu lumpur di Indonesia.
3.      Memberikan informasi tentang permasalahan pada pengembangan ikan kerapu lumpur di Indonesia.



BAB II
ISI

1.      Klasifikasi, Morfologi dan Habitat
Jenis ikan ini telah banyak dibudidayakan didaerah Kepulauan Riau dan Sumatera Utara, khususnya Kabupaten/Kota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga, Langkat, Serdang Bedagai dan Medan. Sistematika ikan kerapu lumpur:
Filum               : Chordate
Subfilum         : Vertebrata
Kelas               : Osteichtyes
Sub-kelas         : Actinopterigi
Ordo                : Percomorphi
Sub-ordo         : Percoidea
Family             : Serranidae
Genus              : Epinephelus
Spesies            : Ephinephelus tauvina

Dalam dunia perdagangan, ikan kerapu lumpur dikenal dengan nama dagang Estuaryne Grouper, Estuaty, Grouper, Fah Paan, Chairomaruhata, Chi Hou. Ciri Ephinephelus tauvina, ada kemiripan dengan jenis ikan kerapu lumpur lainnya, Epinephelus coioides, terutama penampakan bintik pada tubuhnya. Bentuk tubuh memanjang bagian kepala dan punggung berwarna gelap dan kehitaman sedangkan perut berwarna keputihan, seluruh tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecoklatan atau kemerahan.
Adapun pertumbuhan dan perkembangan ikan kerapu lumpur sebagaimana halnya dengan ikan kerapu lain, kerapu lumpur bersifat protogony hermaphrodite. Artinya jenis kelamin ikan berubah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada waktu masih berumur 3 tahun atau kurang, ikan ini berkelamin betina. Namun sesudah berumur lebih dari 4 tahun ikan ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa perubahan morfologi yang jelas. Ikan ini tumbuh cepat, pertumbuhan ikan kerapu lumpur beragam, tergantung pada bobot awal, mutu dan jumlah pakan yang digunakan dan kondisi lingkungan. Panjang maksimum yang dapat dicapai sampai 95 cm. Ikan kerapu lumpur hidup diperairan muara sungai dengan kisaran kadar garam 15-30 ppt, suhu air 24-31 derajat Celsius, dan kadar oksigen terlarut antara 7,1-31 ppt.

2.      Pengelolaan Budidaya
a.       Wadah Budidaya
Wadah budidaya yang digunakan adalah kolam tambak. Adapun ukuran kolam tambak tersebut adalah 30m x 50m untuk proses pembesaran dan 15m x 50m untuk proses penggelondongan.


b.      Penyediaan Benih
Benih ikan kerapu dapat diperoleh dari alam atau dari hutchery. Di alam ikan kerapu lumpur banyak hidup diperairan sekitar muara sungai yang berdasar lumpur dan ditumbuhi lamun (seagrass). Adapun musim benihnya berbeda pada setiap tempat. Ukuran benih yang tertangkap bervariasi, mulai 2-10 cm dengan bobot 5 -25 gr. Penangkapannya dengan pukat pantai, sudu, pancing, dan bubu. Benih kerapu bisa juga diperoleh di hutchery.
c.       Penebaran Benih
Waktu penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Keseragaman ukuran benih juga perlu diperhatikan ketika penebaran. Tujuannya untuk mengurangi pemangsaan akibat sifat kanibal. Selain keragaman, kepadatan penebaran benih juga harus diperhatikan.
d.      Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam tambak pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).
e.       Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Kerapu lumpur termasuk karnivora yang memangsa ikan –ikan kecil, udang, cumi-cumi, rajungan dan kepiting. Ikan ini dapat dilatih makan pellet berkadar protein tinggi. Namun pada stadia larva, ikan ini merupakan pemakan plankton. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berupa ikan rucah dengan dosis 8% bobot badan/hari. Selanjutnya dosis dirutinkan menjadi 5% setelah bobotnya mencapai 300gr/ekor. Perubahan dosis pakan dilakukan setiap bulan setelah dilakukan penimbangan berat. Semakin besar ikan semakin kecil dosis pakan yang diberikan. Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.


f.       Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam budidaya ini adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :
1.      Penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm,
2.      Penyakit akibatprotozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
3.      Penyakit akibatjamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis,
4.      Penyakit akibat serangan bakteri,
5.      Penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).

g.      Panen dan Penanganan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalananyaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.

3.      Potensi Perkembangan Kerapu Lumpur
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan. Lautan banyak menghasilkan devisa bagi negara, terutama dalam sektor perikanan. Selain sebagai penghasil devisa negara, sektor perikanan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan protein hewani nasional (Subandar, A. dkk., 2001). Budidaya ikan kerapu di Indonesia telah berkembang dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting. Berkembangnya budidaya ikan kerapu sejalan dengan adanya permintaan pasar dan harga yang semakin meningkat (Sunyoto & Mustahal, 2000).
Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan seperti rumput laut, kerapu, udang memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak di imbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik dipasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah.(Sudrajat A, 2008).
Potensi perkembangan ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina) yaitu umumnya benih ikan kerapu lumpur yang di budidayakan masih berasal dari alam, diperoleh dengan alat tangkap bubu. Praktis kegiatan budidaya sangat tergantung dari kuantitas maupun kualitas benih alam serta musiman.
Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasar domestik maupun pasar internasional, maka benih sebagai sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaanya tidak dapat kontinyu. Berdasarkan kenyataan itu maka kita tidak boleh berharap akan pemenuhan benih dari alam, tetapi harus mulai mengalihkan perhatian ke usaha pembenihan buatan.

4.      Pengembangan dan Startegi Pemasaran Kerapu Lumpur
Perkembangan ekspor Ikan, khususnya produksi perikanan laut termasuk ikan kerapu budidaya dan hasil penangkapan para nelayan, dari Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 Indonesia mengekspor hasil produksi perikanan (belum termasuk komoditas udang) sebesar 25.000 ton dengan nilai US $ 65.326.000, kemudian meningkat menjadi 27.000 ton dengan nilai US $ 64.058.000 pada tahun 1996, dan meningkat pesat pada tahun 1998 menjadi 708.000 ton dengan nilai US $ 680.639.000 (Anonimous, 2009)
Yang paling penting dengan pengembangan usaha ini adalah, bahwa harga jual produksi dari tahun ke tahun semakin baik dan sangat prospektif. Selain itu dengan teknologi budidaya karamba ini, produksi ikan dapat dipasarkan dalam keadaan hidup, dimana untuk pasaran ekspor ikan hidup nilainya lebih mahal hingga mencapai 10 kali lipat dari pada ekspor ikan fresh. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi (Anonimous, 2010). Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha budidaya ikan kerapu ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya. Dan yang terakhir, usaha budidaya ikan kerapu relatif lebih mudah dari pada budidaya udang tambak, sehingga dari segi kemampuan dan keterampilan SDM pada umumnya tidak menjadi masalah, apalagi di beberapa daerah para nelayan telah berinisiatif merintis usaha semacam ini secara tradisional, yaitu pembesaran ikan kerapu dengan karamba jaring apung dan tambak yang bibitnya berupa ikan tangkapan.(Anonimous, 2010)
Permintaan ikan kerapu alias grouper, di dalam negeri maupun diluar negeri terus meningkat karena rasa, keindahan (sebagai ikan hias), dan aroma yang khas. Harga ikan karang ini boleh dikatakan tinggi, apalagi dalam keadaan hidup dan ditangkap dilaut. Sayangnya, kerapu tangkapan sudah mulai berkurang sehingga diperlukan budidaya agar potensi mendatangkan rupiah juga besar. Di beberapa sentra produksi, justru kerap mengalami kekerangan pasokan untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat (Khoironi, 2009). Harga ikan kerapu sekalipun fluktuatif, rata-rata masih cukup tinggi. Harga berabagai jenis ikan kerapu di pasaran internasional meningkat sekitar US$ 12 per kilogram (kg) hingga US$ 50 per kg dibandingkan dengan harga di tingkat pembudidaya di indonesia (Anonimous, 2009).
Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan pengekspor ikan kerapu terbesar pada awal 1990-an, melampaui Filipina. Namun posisi itu hanya bertahan sekitar lima tahun, dan belakangan posisi Indonesia merosot (Anonimous, 2009). Data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada 2001 menunjukkan bahwa budi daya ikan kerapu pada tahun itu mencapai 7.500 ton dari total produksi (budi daya dan tangkap) secara nasional sekitar 58.905 ton. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 1999, yang mencatat jumlah 1.759 ton untuk budi daya dari total produksi sekitar 45.231 ton. Sementara untuk ekspor kerapu tercatat 1.098 ton (1999), 1.167 ton (2000), dan 1.284 ton (2001). Berdasarkan data DKP, produksi ikan kerapu Indonesia pada 2004 sebanyak 6.552 ton sedangkan pada 2006 diperkirakan mencapai 12 ribu ton dan pada 2009 diproyeksikan naik menjadi 30 ribu ton. Sedangkan untuk ekspornya, pada 2006 mencapai 4.800 ton senilai 24 juta dolar AS sementara pada tahun ini diperkirakan sebanyak 6.340 ton atau 31,7 juta dolar AS.
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk mengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan. Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacam-macam. Oleh karenanya, pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut (Pusat Riset, 2009).
Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien, menhasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu da industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif (David, 2002). Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikandengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008). Perusahaan dikatakan break even apabila setelah dibuat perhitungan laba rugi dari satu periode kerja atau dari satu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak mengalami laba dan tidak juga mengalami kerugian (Sigit, 1990). Usaha budidaya ikan kerapu ini menjadi menarik karena produknya memiliki nilai jual tinggi, meski durasi masa panen mencapai 6-7 bulan, namun dengan harga untuk pasar lokal mencapai kisaran Rp.60.000-Rp.70.000 per kilogram menjadi sektor usaha yang prospektif . apalagi bila produksi ikan kerapu itu dikelola dengan pengawasan kualitas yang ketat, sehingga bisa menembus pangsa mancanegara maka harganya pun semakin tinggi. Di pasar ekspor, dihargai tidak kurang dari Rp.100.000 per kilogram.(Hendra, 1987). Pada tahun 2006, Indonesia menargetkan produksi kerapu sebanyak 100.000 ton. Itu hanya untuk memenuhi permintaan pasar Asia. Untuk itulah, sebagai salah satu komoditas unggulan, produksinya perlu terus digenjot melalui budi daya untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia dan memacu perolehan devisa (Anonimous, 2009).

5.      Permasalahan dalam Pengembangan Kerapu Lumpur
Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikandengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Pemasaran ikan kerapu lumpur sampai saat ini belum ada kendala, hanya saja membutuhkan banyak biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan tergantung jarak antara tempat produksi ke tempat atau kota pemasaran yang dituju (Dinas Perikanan, 2009).
Budidaya ikan kerapu secara umum tidaklah mudah, karena berbagai faktor teknis menjadi kendala dalam produksi massal. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan kerapu adalah timbulnya penyakit (Yuasa, dkk., 2000).

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Ikan kerapu adalah jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting untuk dibudidayakan di Asia, karena harganya yang mahal dan merupakan komoditas ekspor. Budidaya ikan kerapu di Indonesia telah berkembang dan merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting. Berkembangnya budidaya ikan kerapu sejalan dengan adanya permintaan pasar dan harga yang semakin meningkat. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak di imbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik dipasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi.
Pertimbangan lain adalah, bahwa usaha budidaya ikan kerapu ini dapat dikembangkan hampir di sebagian besar wilayah pantai di tanah air, asalkan memenuhi persyaratan teknis seperti keadaan gelombang dan angin yang tidak terlalu keras, bebas polusi, serta aspek teknis lainnya.

2 .      Saran
Ikan kerapu lumpur merupakan salah ikan yang sedang populer dalam pengeksporannya dan merupakan termasuk ikan yang mudah untuk dibudidayakan. Ikan yang bernilai ekonomis tinggi ini harus benar-benar dimanfaatkan dalam segala aspek. Karena merupakan ikan ekspor bernilai tinggi, dapat memberikan ide bagi para penyuluh perikanan untuk memberikana arahan ke para petani Indonesia dalam pembudidayaan ikan ini, dibandingkan membudidayakan udang yang termasuk susah untuk dibudidaya karena sangat rentan terhadap serangan penyakit. Dan ikan kerapu lumpur harus diberi peluang yang besar.



 DAFTAR PUSTAKA

Dardiani dan Intan, R.S., 2010. Mata Diklat 7 Manajemen Pemasaran. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pertanian.
Dinas Perikanan Serdang Bedagai, 2009. Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2009.
Evy, R., 2008. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumberdaya Widya, Jakarta.
Hanafiah A.M dan Saefuddin A.M., 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-PRESS). Jakarta.
Kusnadin., et. al, 2009. Bunga Rampai Agribisnis, Seri Pemasaran. IPB Press, Bogor.
Lamb, C.W., 2001. Pemasaran. Salemba Empat, Jakarta.
Rewoldt, et. al, 1986. Perencanaan dan Strategi Pemasaran. Bina Aksara, Jakarta.
Situmorang dan Dilham, 2007. Studi kelayakan Bisnis. USU Press, Medan
Teguh, H., et. al, 2002. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis Perikanan, edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta
Tjiptono, F., 2008. Strategi Pemasaran, Edisi III. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Widodo, J dan Suadi, 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut, Seri Perikanan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
http://www.go-kerja.com
http://www.serdangbedagaikab.go.id

sekian dari saya gan, semoga bermanfaat.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

REKAYASA AKUAKULTUR "Potensi Perkembangan, Strategi Pengembangan, dan Permasalahan Pada Ikan Bawal Bintang"

REKAYASA AKUAKULTUR
POTENSI PERKEMBANGAN, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PERMASALAHAN PADA IKAN BAWAL BINTANG (Tranchinotus blochii)

Disusun oleh:
Tri Ramadhani
130330027





PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA

2015

DAFTAR ISI

Isi                                                                                                                   Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................              i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................           ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................             1
1.             Latar Belakang......................................................................................             1
2.             Rumusan Masalah.................................................................................             3
3.             Tujuan Penulisan...................................................................................             4
4.             Manfaat Penulisan.................................................................................             4
BAB II ISI                                                                                                                   5
1.             Klasifikasi, Morfologi dan Habitat........................................................             5
2.             Pengelolaan Budidaya...........................................................................             8
3.             Potensi Perkembangan Ikan Bawal Bintang .........................................           12
4.             Pengembangan dan Strategi Pemasaran Ikan Bawal Bintang ...............           13
5.             Permasalahan dalam Pengembangan Ikan Bawal Bintang....................           14
BAB III PENUTUP.......................................................................................           16
1.             Kesimpulan............................................................................................           16
2.             Saran ......................................................................................................           17

DAFTAR PUSTAKA









DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                        Halaman
1.       Ikan Bawal Bintang .............................................................................             5
2.       Morfologi Ikan Bawal Bintang ............................................................            6

















DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                             Halaman
1.       Padat Penebaran Ikan ...........................................................................          10



BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
            Indonesia merupakan negara maritim  dengan luas lautan mencapai 5,8  juta km2. Indonesia memiliki potensi besar pada bidang perikanan. Potensi perikanan budidaya air payau mencapai 2,96 juta Ha, tetapi hanya dimanfaatkan seluas 682.857 Ha (23,04%). Potensi budidaya laut mencapai 12,55 juta Ha dan tingkat pemanfaatannya rendah (117.649 Ha) (Kementerian Kelautan dan Perikanan,   2013).   Beberapa   tahun   terakhir,   produksi   perikanan    budidaya
meningkat dibandingkan perikanan tangkap, yaitu dari 47,3 juta ton menjadi 62,7 juta ton  (KKP, 2013).
            Salah satu spesies laut yang dapat dibudidaya adalah ikan bawal bintang (Trachinotus blochii). Ikan bawal bintang cocok untuk budidaya dilihat dari kecepatan pertumbuhan, kualitas daging yang baik dan permintaan pasar tinggi (Nazar dkk., 2012). Pertumbuhan ikan bawal bintang relatif cepat yaitu 6-8 bulan (Junianto et al., 2008). Menurut Nazar dkk., (2012), ikan bawal bintang memiliki keseragaman pertumbuhan yang baik.
            Ikan Bawal Bintang (Tranchinotus blochii) merupakan introduksi dari taiwan dan merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik dengan harga pemasaran yang tinggi. Popularitas ikan jenis pelagis (ikan-ikan permukaan) ini mulai bersaing dengan ikan kerapu, hal ini disebabkan karena permintaan bawal bintang yang terus meningkat.
            Ikan Bawal Bintang termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan segala (Omnivora), tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa ikan ini cenderung menjadi karnivora (pemakan daging). Hal tersebut terlihat dari bentuk giginya yang tajam. Pada ukuran larva bawal bintang, ikan ini menyukai zooplankton dari jenis rotifera (Brachionus dan Artemia) untuk jenis phytoplankton adalah Tetraselmis sp. (Balai Budidaya Laut Batam, 1999). Pada ukuran benih menyukai makanan sejenis plankton (Fitoplankton dan zooplankton) serta tumbuhan air atau dedaunan (herbivora).

            Peluang pasar ikan bawal bintang cukup luas, menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012) pasar ikan bawal bintang terdapat di dalam dan luar negeri (Jepang, Hongkong, Taiwan, China dan Kanada). Harga ikan bawal bintang jauh lebih mahal dibanding ikan gurame. Harga ikan bawal bintang dapat mencapai Rp. 60.000,00-Rp 85.000,00 atau sekitar USD 6–8/kg di pasar lokal. Ikan bawal bintang juga memiliki daging yang tebal, rasa gurih dan sedikit duri (DJPBKKP, 2012). Budidaya ikan bawal bintang di Indonesia, terutama tahap pembesarannya masih dilakukan di laut yaitu dengan sistem keramba jaring apung (KJA) (Minjoyo dkk., 2008 dalam Arrorkhman dkk., 2012).
            Salah satu provinsi yang memiliki potensi yang besar dalam budidaya laut yaitu Kepulauan Riau khususnya Balai Perikanan Budidaya Laut Batam yang terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III Pulau Setokok Kecamatan Bulang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam merupakan salah satu daerah penghasil utama jenis ikan laut yang mampu menghasilkan ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi. Teknologi pengembangan yang dilakukan oleh BPBL Batam mencakup pemuliaan induk, ikan konsumsi dan benih.
            Ikan bawal bintang termasuk komoditas perikanan yang tahan terhadap serangan penyakit. Namun walaupun termasuk kategori ikan yang tahan penyakit tetap saja perlu diperhatikan terhadap kualitas lingkungan pemeliharaan budidaya ikan bawal.selain itu ikan bawal bintang tidak bersifat predator sehingga ikan ini tidak akaan memakan sesamanya. Dengan tidak adanya sifat ini maka proses budidaya ikan bawal bintang akan lebih mudah karena kontrol pertumbuhan ikan tidak serumit ikan dengan sifat predator.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ada permasalahan antara lain:
1.      Bagaimana potensi pengelolaan ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii) di Indonesia?
2.      Bagaimana strategi perkembangan dan pemasaran ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii) di Indonesia?
3.      Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii) di Indonesia?



3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menjelaskan potensi dan kondisi eksisting pengelolaan ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii).
2.      Untuk menentukan strategi pemasaran ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii) yang dilakukan oleh nelayan dan pedagang ikan bawal bintang di Indonesia.
3.      Untuk menganalisis permasalahan pada pengembangan ikan bawal bintang (Tranchinotus blochii) di Indonesia.

4.    Manfaat Penulisan
            Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1.      Memberikan informasi bagaimana potensi ikan bawal bintang di Indonesia.
2.      Memberikan informasi pengembangan dan pemasaran ikan bawal bintang di Indonesia.
3.      Memberikan informasi tentang permasalahan pada pengembangan ikan bawal bintang di Indonesia.



BAB II
ISI

1. Klasifikasi, Morfologi dan Habitat

Gambar 1. Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)

            Taksonomi bawal bintang adalah se  agai berikut :
Kingdom                     : Animalia
Phylum                        : Chordata
Subphylum                  : Vertebrata
Class                            : Actinoptergii
Ordo                            : Perciformes
Family                         : Carangidae
Genus                          : Trachinotus
Spesies                        : Trachinotus blochii (Lacepede,1801)

Gambar 2. Morfologi Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii)

            Ikan bawal bintang adalah ikan pelagis yang memiliki habitat di daerah terumbu karang, dekat pantai dan bebatuan di perairan tropis dari indo pasifik barat sampai pasifik tengah. Di Australia ikan bawal bintang ditemukan di barat daya Australia bagian barat dan sekitar bagian utara. Populasi bawal bintang juga terdapat di Laut Merah, Afrika Barat sampai ke pulau Marshall dan samoa, Utara Jepang bagian selatan dan selatan Australia.
            Bawal bintang menghabiskan seluruh hidupnya di air laut murni. Bawal bintang memijah sepanjang tahun dan biasanya mengikuti fase bulan terutama bulan purnama. Pemijahan berlangsung malam hari bersamaan dengan datangnya air pasang. Telur bersifat planktonis, dapat terbawa arus dan menetas di padang lamun atau celah-celah akar bakau sebelum akhirnya kembali ke laut lepas atau dewasa di rerimbunan bungan karang.
            Hingga saat ini belu diperoleh data akurat tentang daerah sebaran bawal bintang, namun mengingat bawal bintang berkembang pesat di negara Taiwan, maka diperkirakan ikan ini memiliki daerah sebaran di sekitar perairan China, Korea Jepang, Philipina dan di perbatasan Indonesia.
            Pada budidaya ikan bawal bintang, ikan ini tergolong ikan pelagis yang sangat aktif karena selalu bergerak (berputar) dipermukaan, sehingga dalam budidaya memerlukan lokasi/tempat yang memadai. Selain itu ikan bawal bintang mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi dan mudah dibudidayakan. Ikan bawal bintang banyak terdapat di daerah tropis maupun subtropis.
            Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan bawal bintang adalah :
·         Suhu                : 28 – 320C
·         Salinitas           : 29 -32 ppt
·         DO                  : 6,8-8,4 ppm
·         pH                   : 7,8 – 8,0

2. Pengelolaan Budidaya
a.       Wadah Budidaya
            Wadah yang digunakan untuk budidaya ikan bawal bintang adalah KJA (keramba jaring apung). Adapun keramba jaring apung yang di gunakan untuk budidaya ikan bawal bintang adalah 30 m x 30 m di tepi pantai.
b.  Penyediaan Benih
            Benih ikan bawal bintang dapat di pesan langsung pada balai-balai pembenihan ikan laut. Salah satu provinsi yang memiliki potensi yang besar dalam budidaya laut yaitu Kepulauan Riau khususnya Balai Perikanan Budidaya Laut Batam yang terletak di Jalan Raya Barelang Jembatan III Pulau Setokok Kecamatan Bulang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Balai Perikanan Budidaya Laut Batam merupakan salah satu daerah penghasil utama jenis ikan laut yang mampu menghasilkan ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi. Teknologi pengembangan yang dilakukan oleh BPBL Batam mencakup pemuliaan induk, ikan konsumsi dan benih.

c.  Penebaran Benih
            Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan karena adanya perbedaan, suhu dan salinitas antara daerah asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pemeliharaan. Apabila sistem transportasi dengan menggunakan kantong plastik, maka aklimatisasi dilakukan dengan membuka kantong plastik dan memasukkan air laut kedalam kantong sedikit demi sedikit. Setelah suhu dan salinitas hampir sama maka benih dapat ditebarkan. Untuk pengangkutan jarak pendek, aklimatisasi dilakukan dengan cara menambahkan air laut sedikit demi sedikit kedalam wadah pengangkutan.

d.  Pendederan
            Ukuran benih bawal bintang yang di tebar di KJA  adalah 3-7 cm. Benih yang baru turun dari hatchery di lakukan aklimatisasi dan diadaptasikan dulu dengan kondisi lingkungan yang baru, terutama pengadaptasian terhadap perbedaan suhu dan salinitas antara di hatchrey dengan kondisi air di tempat pemeliharaan yaitu di KJA. Proses aklimatisasi yang dilakukan dengan cara meletakan plastik ke dalam air dan dibiarkan selama 10 – 15 menit, kemudian plastik packing dibuka dan perlahan-lahan air dari laut dimasukan kedalam plastik, dan dibiarkan benih keluar dengan sendirinya.



Tabel 1. Padat Penebaran Benih Bawal Bintang
No
Ukuran ikan(cm)
Berat ikan(g)
Padat tebar(ekor/m3)
1
 3
 3
350  400
2
 5
 7
250  300
3
 7
 12
150  200
4
 10
12  24
100  150
5
min. 15
50  70
maks.100


e.  Pakan dan Pemberiannya
            Pakan yang diberikan harus memiliki nilai gizi yang cukup. Hal ini akan mempercepat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan yang diberikan dapat berupa pakan buatan ataupun pakan ikan rucah. Pada tahap awal pemeliharaan, frekuensi pemberian pakan dilakukan 4-6 kali sehari. Selanjutnya pemberian pakan dapat dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Pertumbuhan harian ikan bawal bintang dengan menggunakan pakan buatan adalah sebesar 2,89 gram/hari, sedangkan dengan pemberian pakan ikan rucah pertumbuhan hariannya sebesar 1,6 gram/hari. FCR yang diperoleh selama masa pemeliharaan 6 bulan dengan menggunakan pakan buatan sebesar 1 : 2, sedangkan dengan menggunakan pakan ikan rucah sebesar 1 : 7.
f.  Hama dan Penyakit
Jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan bawal bintang adalah :
1.  Parasit
·         Cacing kulit (Skin Monogenean)
·         Cacing Insang
·         Cryptocaryon
·         Infeksi Trichodina
·         Infeksi  Broklynella spp
·         InfeksiIsopoda
·         Infeksi cacing lintah

2.  Bakteri
·         Vibriosis
·         Infeksi Streptococcus
·         Infeksi Flexibacter sp.

3. Virus
·         Viral Nervous Necrosis (VNN)

g.   Pemanenan
            Panen merupakan tahapan akhir dari semua kegiatan yang telah dilakukan dalam budidaya ikan di KJA. Ukuran panen untuk ikan Bawal Bintang di KJA adalah 400 – 500 gram. Sebelum dilakukan pemanenan ikan bawal bintang tidak diberi pakan atau dipuasakan terlebih dahulu selama 12-48 jam.         Adapun langkah langkah dalam pemanenan yaitu :
·      Melepaskan (membuka) pemberat disetiap sudut jaring
·      Tarik jaring perlahan-lahan dengan mengunakan kayu sebagai pembatas sehingga ikan terkumpul pada sudut/bagian.
·      Perlahan-lahan ikan diserok dengan mengunakan serokan dan kemudian ditimbang bobotnya.

3. Potensi Perkembangan Ikan Bawal Bintang
            Indonesia merupakan negara maritim  dengan luas lautan mencapai 5,8  juta km2. Indonesia memiliki potensi besar pada bidang perikanan. Potensi perikanan budidaya air payau mencapai 2,96 juta Ha, tetapi hanya dimanfaatkan seluas 682.857 Ha (23,04%). Potensi budidaya laut mencapai 12,55 juta Ha dan tingkat pemanfaatannya rendah (117.649 Ha) (Kementerian Kelautan dan Perikanan,   2013).   Beberapa   tahun   terakhir,   produksi   perikanan    budidaya meningkat dibandingkan perikanan tangkap, yaitu dari 47,3 juta ton menjadi 62,7 juta ton  (KKP, 2013).
            Salah satu spesies laut yang dapat dibudidaya adalah ikan bawal bintang (Trachinotus blochii). Ikan bawal bintang cocok untuk budidaya dilihat dari kecepatan pertumbuhan, kualitas daging yang baik dan permintaan pasar tinggi (Nazar dkk., 2012). Pertumbuhan ikan bawal bintang relatif cepat yaitu 6-8 bulan (Junianto et al., 2008). Menurut Nazar dkk., (2012), ikan bawal bintang memiliki keseragaman pertumbuhan yang baik.
            Peluang pasar ikan bawal bintang cukup luas, menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012) pasar ikan bawal bintang terdapat di dalam dan luar negeri (Jepang, Hongkong, Taiwan, China dan Kanada). Harga ikan bawal bintang jauh lebih mahal dibanding ikan gurame. Harga ikan bawal bintang dapat mencapai Rp. 60.000,00-Rp 85.000,00 atau sekitar USD 6–8/kg di pasar lokal. Ikan bawal bintang juga memiliki daging yang tebal, rasa gurih dan sedikit duri (DJPBKKP, 2012). Budidaya ikan bawal bintang di Indonesia, terutama tahap pembesarannya masih dilakukan di laut yaitu dengan sistem keramba jaring apung (KJA) (Minjoyo dkk., 2008 dalam Arrorkhman dkk., 2012). Atas dasar pemikiran diatas maka dilakukan PKL tentang teknik pembesaran ikan bawal bintang (Trachinotus blochii)  pada karamba jaring tancap di BLUPPB Karawang.
Potensi perkembangan yaitu benih ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) dapat diperoleh dari balai pembenihan ikan air laut. Praktis kegiatan budidaya sangat tergantung dari kuantitas maupun kualitas benih alam serta musiman.
Dengan semakin banyaknya permintaan pembesaran ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) untuk pasar domestik maupun pasar internasional, seiring meningkatnya permintaan pasar maka akan meningkatnya perekonomian negara indonesia.

4.  Pengembangan dan Startegi Pemasaran Ikan Bawal Bintang
Komoditas bawal bintang selain disukai oleh pasar dan juga disukai oleh luar negeri. Ikan ini termaksud golongan ikan dengan harga yang mahal . Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa harga ikan bawal bintang jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan gurame dan ikan kerapu yang selama ini dikenal sebagai ikan dengan ekonomis tinggi. Dipasar lokal harga bisa mencapai Rp 60.000,00 – Rp 85.000,00 atau sekitar USD 6 – 8 /kg. 
Budidaya ikan bawal bintang bernilai ekonomi tinggi apalagi potensi ekspornya cukup besar terutama ke Jepang, Taiwan, Hongkong, China dan Kanada. Kelima penduduk negara ini merupakan konsumen utama dan sangat menyukai ikan bawal bintang. 
Permintaan pasar akan stok ikan bawal setiap hari semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya penggemar ikan ini. Hal ini dapat dilihat dari sajian rumah makan yang banyak menyajikan ikan bawal sebagai menunya.

5.  Permasalahan dalam Pengembangan Ikan Bawal Bintang
Jenis ikan yang akan budidaya atau diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih harus memiliki potensi yang sangat besar dalam pasar nasional maupun pasar internasional. Kemudian jenis ikan tersubut disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran sehingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Pada saat proses pemanenan berlangsung harus sudah diketahui akan dipasarkan ke mana. Karena biasanya pemasaran ikan dalam keadaan hidup ataupun segar memiliki nilai jual yang lebih tinggi terutama pada nilai jual ekspor.
Budidaya ikan bawal bintang tidak lah mudah karena adanya ancaman penyakit yang disebabkan oleh parasit, bakteri dan virus. Oleh karena, perlu adanya pengendalian lingkungan budidaya, dan pengontrolan kualitas air di sekitar wadah budidaya.
Selain itu masalah yang sering terjadi adalah persaingan pasar. Hal ini disebabkan tidak hanya satu orang saja yang melakukan kegiatan usaha budidaya tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlunya pengetahuan tentang pemasaran  hasil usaha budidaya yang dilakukan.















BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
            Ikan Bawal Bintang (Tranchinotus blochii) merupakan introduksi dari taiwan dan merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik dengan harga pemasaran yang tinggi. Popularitas ikan jenis pelagis (ikan-ikan permukaan) ini mulai bersaing dengan ikan kerapu, hal ini disebabkan karena permintaan bawal bintang yang terus meningkat.
Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak di imbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik dipasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah. Ditinjau dari sisi pemasaran, peluang pengembangan usaha agribisnis perikanan masih sangat terbuka, oleh karena laju pertumbuhan produksi perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah menunjukkan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi dunia sejalan dengan bertambahnya penduduk dunia serta peningkatan pendapatan. Sementara itu produksi perikanan dari negara-negara maju mengalami penurunan, sehingga kian membuka peluang bagi kelompok negara-negara berkembang terutama Indonesia untuk meningkatkan produksi.

2.  Saran
            Ikan bawal bintang merupakan salah ikan yang sedang populer dalam pasar nasional maupun pasar internasional dan merupakan termasuk ikan yang mudah untuk dibudidayakan. Ikan yang bernilai ekonomis tinggi ini harus benar-benar dimanfaatkan dalam segala aspek. Karena ikan bawal bintang  merupakan ikan ekspor bernilai ekonomis tinggi, dapat memberikan ide bagi para penyuluh perikanan untuk memberikana arahan ke para petani Indonesia dalam pembudidayaan ikan ini, karena ikan bawal bintang memiliki prospek yang sangat cerah, selain itu juga untuk melestarikan jenis ikan yang tergolong sudah hampir punah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Setiadharma, T. et al. 2013. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan gonad   calon induk bawal            bintang, Trachinotus Blocii (LACEPEDE) hasil          budidaya pada bak terkontrol. Balai                     Besar Penelitian dan Pengembangan            Budidaya Laut Gondol. 12hlm.
Junianto, N.M., S. Akbar, and Zakimin. 2008. Breeding and seed produc-tion of   silver pompano               (Trachino-tus blochii, Lacepede) at the Mariculture             Development Centre of Batam.                  Marine finfish Aqacul-ture. Aquaculture     Asia Magazine, 46-49.
Hermawan T. dan Adi Suseno. 2007. Keberhasilan Pembenihan Bawal Bintang     Secara Massal di           Balai Budidaya Laut Batam. Balai Budidaya Laut Batam      Direktorat Jenderal Perikanan                   Budidaya Departemen Kelautan dan             Perikanan. Batam.
Darmono A, dan Muh Kadari, 2007. Pembesaran Bawal Bintang (Trachinotus       blochii, Lacepede)        di Keramba Jaring Apung dengan Pemberian Pakan        Buatan (Pellet) yang Mempunyai                Kadar Protein Berbeda. Balai Budidaya        Laut Batam Dirjen Perikanan Budidaya Departemen      Kelautan dan             Perikanan. Batam

Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Budidaya Laut.           Lampung. Hal 84-       88.


Sekian gan dari saya semoga bermanfaat....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0