Laporan Praktikum Biologi
Perikanan
MORTALITAS BENIH IKAN MAS
(Cyprinus carpio)
Disusun
Oleh :
Tri Ramadhani
130330027
PROGRAM STUDI BUDIDAYA
PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
ucapkan kapeda Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum Biologi Perikanan”
tentang “Mortalitas Benih Ikan Mas”
dengan baik.
Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan
ucapan rasa terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah membiayai dan
memfasilitasi saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas ini.
2. Riri Ezraneti, S.Pi., M.Si Dan Erlangga,
S.Pi., M.Si. Selaku Dosen Mata Kuliah Biologi
Perairan yang telah memberi tugas ini kepada saya.
3. Maulina Sari, S.Pi,. Dan Muhammad
Rizal. Selaku Asisten Dosen Mata Kuliah Biologi Perairan yang telah membimbing saya
selama praktikum.
4. Rekan-rekan yang turut membantu
dalam pembuatan Laporan Hasil Praktikum ini.
Jika ada kekurangan saya mohon maaf, karena saya juga masih
dalam tahap pembelajaran. Dan semoga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Atas perhatian pembaca, saya mengucapkan terima kasih. Wasalam !
Aceh
Utara, Maret 2015
Tri Ramadhani
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1. Latar Belakang
.............................................................................. 1
2. Tujuan Praktikum ........................................................................... 2
3. Manfaat
Praktikum .......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
1. Klasifikasi
...... ............................................................................. 4
2. Morfologi
...... ................................................................................ 4
3. Habitat ..... ..................................................................................... 5
METODOLOGI .................................................................................
6
1. Waktu dan
Tempat ...................................................................... 6
2. Alat dan Bahan
............................................................................. 6
3. Prosedur kerja
.............................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 8
1. Hasil
Pengamatan ........................................................................ 8
2. Pembahasan
.................................................................................
10
KESIMPULAN
....................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
2.
Ikan yang sudah mati ........................................................................... 10
3
DAFTAR TABEL
1. Tabel Alat
............................................................................................. 6
2. Tabel Bahan
....................................................................................... 6
3. Tabel Kondisi Ikan Sebelum Dimasukkan Larutan .............................. 9
4. Tabel Setelah Dimasukkan Larutan ....................................................... 9
5. Tabel Ciri-ciri atau Gejalah Yang Timbul
........................................... 9
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Di dalam setiap
kehidupan, selalu mengalami siklus dalam kehidupannya atau dapat dikatakan sebagai
daur sirkulus dalam proses kelangsungkan hidupnya. Salah satunya kehidupan ikan
juga mengalami daur hidup, dalam kehidupan populasi ikan, dan dalam
ekosistemnya. Ikan kehidupannya dimulai dari pertemuan sperma dan sel telur,
maka membentuk zigote kemudian terbentuk embrio yang pada waktunya akan
menetas menjadi larva dan selanjutnya menjadi juvenile, dan kemudian menjadi
anak ikan dan akhirnya menjadi ikan yang dewasa yang mana ikan ini siap untuk
melakukan pemijahan begitulah seterusnya hinga terulang kembali dari semula.
Mortalitas dapat
didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang selama satu interval waktu
(Ricker 1975). Dalam Perikanan umunya dibedakan atas dua kelompok yaitu
mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F). Mortalitas alami adalah
mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain penangkapan seperti kanibalisme,
predasi, stress pada waktu pemijahan, kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang
sama biasanya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda ini tergantung pada
kepadatan predator dan competitor yang mempengaruhinya. Mortalitas alami yang
tinggi didapatkan pada organisme yang memiliki nilai koefisien Iaju pertumbuhan
yang besar dan sebaliknya. Mortalitas alami yang rendah akan didapatkan pada
organisme yang memiliki nilai Iaju koefesien pertumbuhan yang kecil (Sparre et
al. 1999). Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan mati
karena penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab
kematian berpengaruh terhadap populasi.
Effendie (1997)
mendefenisikan bahwa mortalitas penangkapan disebabkan kecepatan eksploitasi
suatu stok karena kegiatan manusia (penangkapan) selama periode waktu tertentu,
dimana semua faktor penyebab kematian berpengaruh terhadap populasi. Sedangkan
pengharapan kematian tahunan penyebab alamiah adalah peluang dimana seekor ikan
mati oleh proses alamiah selama periode waktu yang diamati (Aziz, 1989).
Kematian alami merupakan parameter yang tidak dapat dikontrol dan diamati
secara langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua (2) besaran yang
berhubungan secara langsung dengan mortalitas penangkapan.
Banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi kehidupan larva misalnya dalam faktor fisika air yang meliputi
kekeruhan air, arus, begitu juga dengan kimia air misalnya kualitas air dan
begitu juga dengan faktor biologi dan fisiologi ikan itu sediri, hal ini
biasanya menyangkut dengan populasi dan ekosistem serta habitat ikan dalam
lingkungannya.
Masa larva ikan
merupakan masa yang paling keritis, karena pada masa individu ikan berbentuk
lartava individu ikan ini menghadapi mortalitas mulai dari larva, faktor
mortalitas ini bisa saja karena disebabkan oleh karena faktor dari dalam maupun
dari luyar individu larva ikan itu sendiri. Faktor dari dalam misalnya mengenai
organ tubuhnya apabila organ tubuh dan pelengkapnya individu ikan sangat baik
maka akan berpeluang untuk hidup, sedangkan faktor dari luar ialah terdapat
pada faktor lingkungan dan habitat dari ikan tersebut, misalnya faktor
kuantitas dan kualitas makanan, suhu, atau fisika air, dan kimia air yang
selalu memberikan tantangan bagi larva ikan setiap saatnya.
Kematian ikan di
perairan umum selain kematian secara alami kini kematian individu ikan itu
sebagian besar disebabkan adanya penangkapan terutama pada spesies ikan yang
bernilai ekonomi tinggi, pencemaran yang diakibatkan oleh adanya limbah
industri, pertambangan, pertanian, pemangsaan oleh predator dari hewan-hewan
vertebrata dan avertebrata, serangan hama dan penyakit serta pengaruh gejala
alam seperti elnino dan gelombang tsunami.
Usaha pembudidayaan
ikan banyak yang mengalami kematian ikan karena faktor-faktor diatas sehingga memicu
petani ikan untuk mencari tahu cara mengatasinya.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya pratikum ini
yaitu agar mahasiswa mampu memahami dan mempermudah dalam teori perkuliahan
materi biologi perikanan melalui kegiatan labotarium. Mahasiswa mengetahui dan
memahami mortalitas ikan dengan teratur dan benar.
3. Manfaat Praktikum
Manfaat dilaksanakannya praktikum
ini agar mahasiswa dapat dengan mudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan mortalitas
ikan. Dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Klasifikasi
Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut:
·
Kingdom : Animalia
·
Filum : Chordata
·
Class : Actinopterygii
·
Ordo : Cypriniformes
·
Famili : Cyprinidae
·
Genus : Cyprinus
·
Spesies : Cyprinus
carpio
2.
Morfologi
Tubuh ikan mas memiliki ciri-ciri
antara lain: bentuk badan memanjang dan sedikit pipih ke samping, mulut
terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protektil) serta
dihiasi dua pasang sungut. Selain itu di dalam mulut terdapat gigi kerongkongan,
dua pasang sungut ikan mas terletak di bibir bagian atas. Gigi kerongkongan
(pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk geraham, memiliki
sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian permukaan
tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) bagian belakang
sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir berbentuk
gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga merniliki jari-jari keras
dengan bagian akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung, sirip ekor
berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran
(cycloid) yang terletak beraturan, gurat sisik atau garis rusuk (linea
lateralis) ikan mas berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup
insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Anonim,
2007).
3. Habitat
Huet, (1971) menyatakan habitat ikan mas
hidup pada kolam-kolam air tawar dan danau-danau serta perairan umum lainnya.
Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas
lingkungan. Ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar
yang tidak terlalu dalam dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150- 600 meter di atas permukaan air
laut dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas
kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
25-30 ppt.
METODOLOGI
1.
Waktu dan Tempat
Pratikum
biologi perikanan dilaksanakan pada hari Jum’at, 10
April 2015 pada pukul 10.00-12.00
wib di Labotarium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh.
2.
Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan-bahan yang di gunakan dalam praktikum Mortalitas Ikan
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat-alat yang
digunakan
No.
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Akuarium
|
Sebagai wadah uji mortalitas
|
2.
|
Alat tulis
|
Untuk mencatat tingkah laku sebelum dan sesudah
pemberian larutan sunlight
|
3.
|
Tissus dan Serbet
|
Untuk mengeringkan alat-alat yang digunakan
|
4.
|
Gelas ukur
|
Untuk melarutkan sunlight
|
5.
|
Jarum Suntik
|
Untuk mengambil larutan sunlight
|
Tabel 2. Bahan-bahan yang
digunakan
No.
|
Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Benih Ikan Mas
|
20 ekor
|
2.
|
Sunlight
|
1 sachet
|
3. Prosedur Kerja
·
Mempersiapkan wadah
dan tempat percobaan
·
Mempersiapkan
individu ikan yang di jadikan sebagai hewan uji dan masukkan ke dalam wadah percobaan
·
Mempersiapkan
sunlight dengan dosis yang dapat mematikan, dan masukkan ke dalam wadah yang
berisi hewan uji. Masukan sesuai intruksi asisten
·
Amati dan catat
pergerakan ikan sebelum dan menjelang kematian, kemudian catat waktunya
·
Perhatikan dan
catat ciri-ciri serta gejalah yang timbul atau munncul pada permukaan tubuh
ikan yang menjelang dan sudah mati
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a. Penghitungan Volum Air
Diketahui :
Pakuarium = 30 cm
Lakuarium =
20 cm
Tair = 13 cm
Ditanya : Vair
= ....??
Jawab :
Vair = P x L x T
= 30 cm x 20 cm x 13 cm
= 7800
cm3
= 7800 : 1000
=
7.8 L
b. Penghitungan Dosis
Diketahui :
Vair = 7,8 L
Konsentrasi =
0,5 ml/ L
Ditanya :
Dosis = ........?
Dosis = 7,8 L
x 0,5 ml/L
= 3,9 ml
Jadi, dosis
yang diberikan adalah 3,9 ml.
c. Kondisi
Ikan Sebelum dan Sesudah Dimasukkan Larutan Sunlight
Kondisi
ikan sebelum dan sesudah di masukkan larutan larutan sunlight dalam tabel
berikut ini :
Tabel 3. Kondisi Ikan
Sebelum dan Sesudah Dimasukkan Larutan Sunlight
No.
|
Sebelum/Sesudah
|
Kondisi Ikan
|
1.
|
Sebelum
|
Sebelum di
masukkan larutan sunlight , ikan dalm keadaan normal, pergerakannya normal
dan seimbang.
|
2.
|
Sesudah
|
Ikan menjadi
lebih agresif, pergerakannyan tidak seimbang, ikan lebih sering muncul pada
permukaan
|
Tabel 4. Pengamatan
sesudah dimasukkan larutan sunlight
No.
|
Waktu (menit)
|
Kondisi Ikan
|
1.
|
1 menit
|
Ikan menjadi
lebih agresif, pergerakannyan tidak seimbang, ikan lebih sering muncul pada
permukaan
|
2.
|
2 menit
|
Ikan terlihat
mulai stress, pergerakannya tidak menentu, dan melompat-lompat ke permukaan
|
3.
|
3 menit
|
Ikan sudah
dalam keadaan tidak stabil,
berenengnya terbalik-balik
|
4.
|
4 menit
|
Ikan sudah
mulai terapung di permukaan, namun belum mati, se-sekali masih ada pergerakan
|
5.
|
5 menit
|
Ikan yang
terapung (menggantung) pada permukaan semakin banyak, katup insang masih
terbuka dan tertutup
|
6.
|
6 menit
|
Ikan sudah
semua terapung pada permukaan, pergerakannya sudah tidak terlihat
|
7.
|
7-8 menit
|
Pergerakan
katub insang sudah sangat kecil, kondisi ini menjukan tanda-tanda ikan sudah
mau mati
|
8.
|
8 menit
|
Ikan sudah
mati semua
|
Tabel 5. ciri-ciri atau
gejalah yang timbul pada tubuh ikan saat menjelang dan sudah mati
No.
|
Sebelum/ Sudah
(mati)
|
Ciri-ciri
|
1.
|
Sebelum/menjelang
|
Kondisi tubuh
ikan mulai berubah, yaitu : insang mulai berwarna merah pucat, sebagian
sisiknya seperti terkelupas
|
2.
|
Sudah mati
|
Insangnya
berwarna merah pucat, sisiknya terkelupas semua, dan pada bagian pangkal
ekor, punggung dan badannya munjul bintik merah
|
2.
Pembahasan
Pada
praktikum ini dilakukan pengamatan ciri-ciri ikan sebelum dan sesudah di berikan
larutan sulight.
Mortalitas
dapat didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang selama satu interval
waktu (Ricker 1975). Dalam Perikanan umunya dibedakan atas dua kelompok yaitu
mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F). Mortalitas alami adalah
mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain penangkapan seperti kanibalisme,
predasi, stress pada waktu pemijahan, kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang
sama biasanya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda ini tergantung pada
kepadatan predator dan competitor yang mempengaruhinya. Mortalitas alami yang
tinggi didapatkan pada organisme yang memiliki nilai koefisien Iaju pertumbuhan
yang besar dan sebaliknya. Mortalitas alami yang rendah akan didapatkan pada
organisme yang memiliki nilai Iaju koefesien pertumbuhan yang kecil (Sparre et
al. 1999). Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan mati
karena penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab
kematian berpengaruh terhadap populasi.
Effendie
(1997) mendefenisikan bahwa mortalitas penangkapan disebabkan kecepatan
eksploitasi suatu stok karena kegiatan manusia (penangkapan) selama periode
waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab kematian berpengaruh terhadap
populasi. Sedangkan pengharapan kematian tahunan penyebab alamiah adalah
peluang dimana seekor ikan mati oleh proses alamiah selama periode waktu yang
diamati (Aziz, 1989). Kematian alami merupakan parameter yang tidak dapat
dikontrol dan diamati secara langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua (2)
besaran yang berhubungan secara langsung dengan mortalitas penangkapan.
Mortalitas
total stok ikan di alam didefenisikan sebagai Iaju penurunan pelimpahan
individual ikan berdasarkan waktu eksponensial. Umumnya mortalitas total ikan
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan hubungan yakni Z = F + M, dimana F
adalah mortalitas penangkapan dan M adalah mortalitas alami (Beverton dan Holt,
1957 dalam Sparre et al. 1999).
Nikolsky
(1963) menyatakan bahwa ikan yang memiliki mortalitas tinggi adalah ikan yang
mempunyai siklus hidup pendek, pada populasinya hanya terdapat sedikit variasi
umur dan pergantian stok yang berjalan relatif cepat serta mempunyai daya
produksi yang lebih tinggi.
Perubahan
jumlah individu dalam populasi dari suatu spesies dapat berubah-ubah dari waktu
ke waktu. Terjadinya perubahan itu dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan
reproduksi selanjutnya dapat dipengaruhi oleh rekruitmen ke dalam populasi ikan
yang telah ada. Selain itu juga dipengaruhi oleh angka mortalitas yang terjadi
(PULUNGAN, 2005).
Ada
2 pendekatan umum untuk menduga mortalitas. Salah satu diantaranya adalah
mempertimbangkan fraksi populasi yang dipanen sebagai pengukuran
jumlaheksploitasi, dan cara lain yang paling tepat adalah mempertimbangkan
beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang proporsional dengan kekuatan
fishing mortality (EFFENDI).
PULUNGAN
(2005) juga menyatakan bahwa individu-individu ikan sebelum mengalami kematian
akibat terkena oleh limbah biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah
laku yang berbeda ketika lingkungan hidupnya tidak tercemar.
Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya zat makhluk hidup, energi/komponen lain ke
dalam perairan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, atau proses
alami sehingga kualitas air akan turun sampai ke tingkat tertentu akan
menyebabkan air kurang berfungsi sesuai peruntukannya. Bahan pencemar sangat
banyak jenisnya, namun yang paling umum adalah deterjen. Deterjen adalah suatu
bahan yang digunakan sebagai bahan pembersih, termasuk sabun cuci piring dan
cairan pembersih lainnya. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah
bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau sulfatan sintetik
lainnya.
AMIN
(2003) menyatakan bahwa pestisida merupakan bahan pembasmi hama tanaman, nyamuk
dan sebagainya seperti DDT, dan lain-lain. Salah satu dari pestisida adalah
insektisida yang terdiri dari sevin 85 s, diazinon 60 EC, thiodan).
Air
yang baik adalah air yang mampu merangsang kehidupan ikan dengan baik (HUET).
Kualitas air yang ideal bagi kehidupan ikan adalah kualitas air yang mendukung
kehidupan ikan dalam menyelesaikan daur hidupnya serta mendukung kehidupan
organisme-organisme lainnya (WARDOYO).
Sebelum
tahun 1965 jenis surfaktan yang digunakan adalah jenis alkil benzen sulfonat (ABS)
yang sangat resisten terhadap lingkungan perairan. Pada tahun 1965 ABS diolah
bahan utamanya menjadi senyawa yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme
diperairan yaitu linear alkil sulfonate (LAS) yang dapat mengurangi buih atau
busa diperairan (SAENI, 2002).
KESIMPULAN
Dengan
demikian setelah pengamatan dapat disimpulkan, bahwa mortalitas adalah tingkat
kematian suatu individu selama satu interval waktu.
Dalam
Perikanan umunya dibedakan atas dua kelompok yaitu mortalitas alami (M) dan mortalitas
penangkapan (F). Mortalitas alami adalah mortalitas yang disebabkan oleh faktor
selain penangkapan seperti kanibalisme, predasi, stress pada waktu pemijahan,
kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang sama biasanya mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda ini tergantung pada kepadatan predator dan competitor yang
mempengaruhinya. Mortalitas alami yang tinggi didapatkan pada organisme yang
memiliki nilai koefisien Iaju pertumbuhan yang besar dan sebaliknya. Mortalitas
alami yang rendah akan didapatkan pada organisme yang memiliki nilai Iaju
koefesien pertumbuhan yang kecil (Sparre et al. 1999). Sedangkan mortalitas
akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan mati karena penangkapan selama
periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab kematian berpengaruh
terhadap populasi.
PULUNGAN
(2005) juga menyatakan bahwa individu-individu ikan sebelum mengalami kematian
akibat terkena oleh limbah biasanya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah
laku yang berbeda ketika lingkungan hidupnya tidak tercemar.
Pencemaran
adalah masuk atau dimasukkannya zat makhluk hidup, energi/komponen lain ke
dalam perairan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, atau proses
alami sehingga kualitas air akan turun sampai ke tingkat tertentu akan
menyebabkan air kurang berfungsi sesuai peruntukannya. Bahan pencemar sangat
banyak jenisnya, namun yang paling umum adalah deterjen. Deterjen adalah suatu
bahan yang digunakan sebagai bahan pembersih, termasuk sabun cuci piring dan
cairan pembersih lainnya. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah
bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau sulfatan sintetik
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR
PUSTAKA
Erlangga,
S.Pi,. M.Si dan Riri Ezraneti, S.Pi,. M,Si (PENUNTUN PRATIKUM BIOLOGI PERIKANAN)
, Aceh Utara, Oktober 2012
Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga. 2003
Djarubito, Mukayat. Zoologi
Dasar. Jakarta; Erlangga. 1989
Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Surabaya;
Wijaya utama. 1984
Kimball, Jhon W., Siti Tjitrosomo, dan Nawangsari
Sugiri. Biologi Jilid 3 edisi ke 5. Jakarta; Erlangga. 2009
Radiopetra. Zoologi Dasar. Jakarta;
Erlangga. 1993
White, W. T. 2003. Aspect of the Biology of Elasmobranchs
in a Subtropical Embayment in Western Australia and of Chondrichthyan Fisheries
in Indonesia. Mordoch University, Western Australia
Effendi. 1997. Metode Biologi Perikanan, Bagian
Perikanan, Bagian I. Yayasan
Dwi Sri Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sparre,
P. E S C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku
IManual.FAO Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsabangsa. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Jakarta. Hal 438.
Sekian dari saya gan semoga bermanfaat....
0 comments:
Post a Comment